Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Suwartono, PNS Polri Yang Merangkap Seniman Pencipta Lagu Oseng

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Suwartono

Salah Satu Karyanya Jadi Mars Partai Politik

SUWARTONO atau biasa dipanggil Pak Tono bukan orang asing lagi di lingkungan Polres Banyuwangi. Namanya juga sudah sangat akrab di telinga anggota kepolisian, bahkan PNS maupun pegawai harian lepas di Polres Banyuwangi.

Sejak tahun 1993, pria ini sudah menjadi bagian dari keluarga besar PNS di lingkungan kepolisian. Sebagai PNS di lingkungan Polri, Tono kini banyak disibukkan urusan sarana dan prasarana di Polres Banyuwangi. Selain tugas pokoknya itu, dia juga menjadi bagian vital dari keberlangsungan koperasi anggota polri (primpokol).

Posisinya sebagai bendahara koperasi menjadikannya “orang penting” yang banyak diburu anggota, khususnya  anggota Polri yang ingin mengajukan pinjaman ke koperasi. Tono pun menjadi orang yang paling  dicari. Bukan itu saja, suami dari Yulianti ini juga menjadi orang yang dibutuhkan  saat kepolisian sedang menggelar kegiatan.

Penataan sound system hingga perlengkapan lainnya menjadi tugasnya. Berjalan cepat hingga berlari-lari kecil di areal Polres Banyuwangi menjadi pemandangan lumrah saat Tono fokus menyelesaikan tugasnya. Dan kiprahnya dalam membantu tugas polisi ini tidak sekadar dalam tugasnya sebagai PNS.

Bakat terpendamnya dalam dunia seni khususnya tarik suara rupanya juga pernah dituangkan untuk membantu kelancaran tugas Polri. Masih terekam jelas di tahun 2007 silam, rekaman album lagu Oseng yang bertema tentang tugas dan kiprah polisi.

Kala itu, sebagian besar lagu dibawakan oleh Kapolres Banyuwangi AKBP Istiono, Wakapolres Kompol Deny Nasution, dan Kasatlantas AKP Sonny Irawan. “Itu lagu ciptaan saya yang liriknya diubah sedikit,” akunya. Lagu Polisi Hang Sumeh, Sempritan Aladin, Mitra Polisi, hingga Jogo Wengi yang dinyanyikan AKBP Istiono menjadi theme song bagi Polres Banyuwangi.

Setiap kegiatan polres lagu itu yang menceritakan polisi harus senantiasa tersenyum ini selalu diputar. Anggota polisi pun banyak suka, dan Tono pun juga merasa haru karenanya.  Sebab, album itu merupakan satu-satunya hasil karyanya sampai saat ini yang berhasil  masuk dapur rekaman.

Selebihnya, masih banyak ratusan lagu lainnya hasil karangan Tono yang kini hanya berupa naskah lagu. Semuanya belum berhasil diwujudkan dalam sebuah album tersendiri. Alasannya sederhana, bukan soal dana ataupun  belum adanya kesempatan. Tono  memang tidak ingin lagunya dikomersilkan.

Semua karya lagu ciptaannya sejak masih duduk di bangku sekolah ini semuanya bernuansa Oseng. Ceritanya pun menggambarkan spirit pembangunan dan nasionalisme. Bahkan Tono masih ingat betul di zaman era Suharto berkuasa.

Lagunya banyak ditawar oleh partai politik. Lirik lagu yang mengajak masyarakat untuk ikut membangun ini dirasakan partai  polisi pas untuk menarik massa datang ke arena berkampanye. “Makanya sempat dulu ikut partai politik juga,” kenangnya sambil tertawa.

Bahkan di era reformasi, lagu miliknya juga dilirik salah satu partai politik di Banyuwangi. Tono pun diminta membuat lagu untuk dijadikan mars partai politik. Permintaan itu pun  terpenuhi. Meski beberapa lirik lagu sempat disensor oleh beberapa jajaran kiai yang ada di kepengurusan partai dan kemudian diubah.

Dan, siapa sangka bila kemampuan seni yang dimiliki oleh Pak Tono sedikit banyak  titisan dari sang orang tua. Ceritanya, sang ayah merupakan penyanyi keroncong. Saat kecil, Tono muda sering diajak untuk keliling  dalam mengikuti pertunjukkan sang ayah.

Kala itu penyanyi selain dapat bayaran juga sering mendapat sapu tangan dari penontonnya. Dari pertunjukkan keliling panggung ke panggung  ayahnya memiliki koleksi sapu tangan yang cukup banyak. Di sinilah, dengan keseringan menonton pertunjukan sang ayah, bakatnya mulai terasa.

Pengujian bakat seninya mulai diperlihatkan dalam sebuah pertunjukkan ajang pencarian penyanyi berbakat seperti folksong yang popular kala itu. Sejak mengikuti ajang itu, Tono yang masih duduk di bangku SMEA pun  banyak mendapat job dan tawaran untuk  bernyanyi. Job itu pun dipenuhi dan tentu saja menjadi sarana mematangkan bakatnya.

“Saya juga heran yang bilang suara saya enak. Makanya sering disuruh nyanyi saat itu,” akunya. Selain bernyanyi, Tono juga mahir dalam memainkan sejumlah alat musik. Ada tiga alat musik yang menjadi favoritnya yakni  keyboard, bass, dan melody.

Dari penguasaan tiga alat inilah, dia berhasil mengotak-atik nada dan lirik lagu menjadi perpaduan syair yang indah dan enak didengar. (radar)