Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Aryo Terbiasa Hidup Mewah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

 

Mengaku Aksinya Tidak Melibatkan Orang Dalam

BANYUWANGI – Dugaan penggelapan uang miliaran rupiah yang dilakukan Fajar Aryo Wicaksono, 28, oknum karyawan  Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Banyuwangi, masih terus didalami pihak Satreskrim Polres Banyuwangi.

Selain masih melakukan pendalaman atas kasus yang mencuat tersebut, polisi juga mencoba melengkapi barang bukti atas dugaan penggelapan uang nasabah tersebut. Kasatreskrim Polres Banyuwangi, AKP Dewa Putu Prima Yogantara, menyebutkan sejauh ini ada beberapa laporan yang masuk ke mejanya dengan kasus penggelapan uang yang dilakukan Aryo.

Dari pemeriksaan bukti-bukti yang didapatkan polisi, aksi pelaku diindikasi mengarah ke perkara lain yang dilaporkan korban lain, yakni Arvi. Dari laporan itu, Arvi mengalami kerugian sekitar 150 juta. Modusnya sama seperti yang  dialami korban lain, yakni Purwanto.

Pelaku menggunakan jabatannya sebagai marketing di sebuah bank untuk mengelabui korban. Dengan embel-embel sebagai marketing sebuah bank, Aryo dengan mudah menipu korbannya dengan dalih uangnya akan ditabung di bank tempat dia  bekerja.

”Pelaku masih kita periksa dan kami masih mengumpulkan barang bukti. Kita masih terus dalami kasus ini,” kata Dewa.  Sementara itu, Purwanto salah  satu nasabah Aryo, yang mengaku menjadi korban penggelapan  senilai Rp 6 miliar melalui penasihat hukumnya, Achmad Wahyudi, mengatakan pihaknyabe rencana melaporkan pihak  BTN kepada pihak kepolisian.

Laporan itu perlu dilakukan untuk memastikan uang yang sudah  masuk ke rekening Purwanto benar-benar uang miliknya. ”Sekarang kita proses laporkan BTN juga ke polres,” ujar Wahyudi.  Mantan ketua DPRD Banyuwangi itu kemarin diberi kesempatan penyidik untuk bertemu Aryo.

Wahyudi menemui Aryo bersama Purwanto di ruang Pidana Ekonomi (Pidek) Satres krim Polres Banyuwangi. Dalam kesempatan itu, Wahyudi sempat mencecar pertanyaan kepada Aryo. Perbuatannya menggelapkan uang nasabah itu diakui tidak melibatkan orang dalam BTN.

Meski begitu, Aryo sangat dipercaya ketika mengurusi uang nasabah tanpa harus melaksanakan standard operating procedure (SOP) tempatnya bekerja.  Meski pencairan uang nasabah  tanpa surat kuasa, kalau Aryo yang mengurus, semua berjalan lancar.

“Tanpa validasi atau surat  kuasa, semua bagian langsung  percaya kalau Aryo yang mengurus,’’ ungkap Wahyudi usai menemui Aryo kemarin. Kasus dugaan  penggelapan uang miliaran rupiah yang melibatkan Aryo itu ternyata tidak hanya mengundang perhatian serius aparat kepolisian,  kalangan politisi pun kini gerah dengan perbuatan Aryo.

Ketua  DPC Partai Demokrat Banyuwangi, Michael Hariyanto, mendesak aparat berwenang serius  menangani kasus tersebut.  “Nasabah bank resah. Mereka tidak nyaman menyimpan uangnya di bank kalau ada praktik  penggelapan seperti yang dilakukan Aryo. Karena itu, kasus ini harus ditangani serius,’’ desak Michael.

Sebagai bukti kepeduliannya terkait kasus itu, Michael mendesak anggota DPRD Banyuwangi memanggil kepala cabang BTN  Banyuwangi. Pemanggilan itu  terkait kerahasiaan uang nasabah yang berhasil dibobol. “Di internal Partai Demokrat sudah kami  instruksikan agar anggota DPRD segera mengagendakan hearing  dengan pimpinan BTN. Terus  terang, dengan kasus Aryo ini, kepercayaan masyarakat menyimpan uang di bank berkurang. Mau menyimpan uang di bank  tidak aman karena bisa dibobol,’’  tegas Michael yang juga ketua KONI Banyuwangi itu.

Seperti diberitakan sebelumnya, oknum marketing Bank Tabungan Negara (BTN) Banyuwangi dikabarkan ditangkap polisi Selasa  sore (28/2). Diduga oknum yang disebut-sebut bernama Fajar Aryo Wicaksono, 28, tersebut ditangkap lantaran telah melakukan tindak pidana penggelapan uang nasabah BTN senilai Rp 6  miliar.

Kuat dugaan uang tersebut  digelapkan untuk kepentingan  pribadi. Jawa Pos Radar Banyuwangi  kemarin mencoba melacak jejak Aryo. Beberapa teman dekat Aryo yang tidak mau disebut namanya  mengungkapkan, gaya hidup pemuda berusia 28 tahun itu  memang super mewah.

Sejak sukses menjadi marketing bank, gaya hidupnya benar-benar high class. Dia sempat membeli mobil Honda Freed, Honda Brio, dan Swift. Dia juga rutin menjaga penampilan agar tetap bugar. Mulai melakukan tirus pipi, tanam benang, hingga menjaga gigi agar tetap rapi, dilakukan secara rutin di Surabaya.

Pakaian yang dikenakan juga serba bermerek. Ponsel yang dipegang lebih dari  dua. Semua serba mahal dan ber merek. Semua belanja barang- barang mewah itu dilakukan di Tunjungan Plaza, Surabaya. Pernah suatu ketika Aryo bersama teman-temannya menghadiri kegiatan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terkait promo wisata.

Teman-temanya naik bus, Aryo memilih naik pesawat terbang. Sampai di Jakarta, teman-temanya menginap di hotel biasa, Aryo memilih bermalam di hotel mewah. “Pokoknya gaya hidupnya serba mewah,’’ ungkap salah seorang teman dekatnya yang wanti-wanti namanya tidak dikorankan.

Bukan hanya mobil dan pakaian bermerek, Aryo juga menyewa ruko untuk membuka butik pakaian pesta di Jalan Kepiting, Banyuwangi. Sayang, sejak dia tersangkut kasus penggelapan dana nasabah, butiknya yang berada di sebelah utara Patung  Kuda Karangente itu langsung tutup.

“Koleksi butiknya langsung dilelang Rp 1 juta per biji. Sekarang butiknya tutup,’’ tandas teman dekatnya itu. (radar)

Kata kunci yang digunakan :