Banyuwangi, Jurnalnews.com – Di saat musim hujan dan sebagian besar petani masih sibuk menanam jagung, suasana berbeda justru terlihat di persawahan Dusun Curahsawo, Desa Sidodadi, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Senin pagi, 15 Desember 2025, H. Farid (53) tampak sumringah memimpin panen jagung bersama tujuh orang pekerja.
Di tengah musim penghujan, panen jagung ini terasa “gemesin”. Pasalnya, saat petani lain baru mulai menanam, H. Farid justru sudah memetik hasil. Ia mengaku waktu tanam jagungnya memang lebih awal.
“Alhamdulillah, yang lain tanam, saya panen mas. Ini kan tanamnya sudah tiga bulan lalu. Lahan di sini pakai pompa, jadi tidak tergantung air sungai atau hujan. Mau tanam apa saja, kapan saja bisa,” tuturnya sambil tersenyum.
Belum masuk musim panen raya, harga jagung pun masih cukup bersahabat. Jagung pipil kering saat ini berada di kisaran Rp6.200 per kilogram, bahkan sebelumnya sempat menyentuh Rp6.600. Namun, cuaca hujan menjadi tantangan tersendiri.
“Yang agak susah itu mengeringkannya, karena cuaca seperti sekarang butuh waktu lebih lama,” kata H. Farid saat ditemui di sawah miliknya, ditemani sarapan pagi sederhana.
Dari lahan seluas setengah hektare, hasil panen jagung tersebut rencananya akan dijual ke pengepul. Menurutnya, selisih harga dengan pabrik tidak terlalu jauh, sehingga ia memilih cara yang lebih praktis tanpa harus antre lama.
Panen jagung di tengah musim hujan ini menjadi bukti bahwa dengan pengelolaan lahan dan waktu tanam yang tepat, hasil manis tetap bisa dipetik—bahkan saat langit masih rajin menurunkan hujan. (Venus Hadi)







