Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Delapan Tahun Menunggu tak Kunjung Jadi PNS

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

delapanRebby Cahyadi menjadi salah satu pahlawan Jawa Timur di pentas Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI di Sumatera Selatan tahun 2004 lalu. Dia berhasil mempersembahkan medali emas bagi kontingen Jawa Timur saat itu. NAMA Rebby Cahyadi memang tak asing lagi sebagai pemain sepak bola di Banyuwangi. Sebagian besar penggemar bola di Bumi Blambangan sudah pernah melihat aksinya di lapangan hijau.

Mulai dari pelatih, pemain, hingga suporter memberikan acungan jempol atas bakat yang dimiliki pemain yang satu ini. Tidak salah, bila tahun 2004 silam, dia terpilih dalam skuad Jawa Timur proyeksi PON XVI Sumatera Selatan. Kontribusi pemain yang berposisi sebagai striker ini cukup besar. Lewat kemampuan yang dimilikinya, dia mempersembahkan medali emas dari cabang sepak bola. Kenangan delapan tahun silam itu, kini masih membekas dalam memori Rebby.

Meski hasil itu tidak mampu membantu Jawa Timur mempertahankan juara umum di ajang empat tahunan tersebut, medali emas dari cabang sepak bola membuat skuad Jawa Timur sudah merasakan atmosfer juara sejati. Cabang sepak bola memang menjadi olahraga keramat di PON, sudah berhasil dimenangi. Meski juara itu harus sedikit berbagi dengan Papua yang juga dinyatakan sebagai juara bersama dengan Jawa Timur kala itu. Tapi hasil itu cukup membanggakan bagi Rebby, karena kontribusinya berhasil mendulang prestasi tertinggi di ajang tersebut.

Namun perjuangan Rebby di pentas nasional, rupanya berbanding terbalik dengan apa yang dialaminya kini. Nasibnya boleh dibilang terkatung-katung. Lihat saja bila dibandingkan dengan rekan seangkatannya dari Banyuwangi yang juga tampil di PON Sumatera Selatan. Ketika para rekan satu angkatan di PON bisa menjadi pegawai negeri sipil (PNS), Rebby masih harus berkeringat di atas lapangan hijau. Dia tetap saja berpindah-pindah dari satu tim ke tim lainnya.

Tidak heran, sepak bola masih menjadi satu-satunya mata pencahariannya hingga kini Dalam hati kecilnya, Rebby berharap bisa memberikan dedikasinya kepada tanah kelahirannya. Tidak hanya sebagai pemain sepak bola, tetapi juga adanya sebuah pekerjaan yang lebih layak. Itulah yang ditunggu-tunggu selama delapan tahun setelah ajang PON berlalu. Tercecernya nama Rebby dari pantauan pemerintah daerah dan KONI itu memang bukan tanpa alasan. Keterbatasan sarana komunikasi saat itu, membuat dia tertinggal menerima reward sebagai pahlawan olahraga dari pemerintah. “Surat pemberitahuan kala itu tidak saya terima, jadi informasinya terlambat,” ujarnya.

Terkatung-katungnya nasib itu pun membuat Rebby banyak berkelana ke sejumlah daerah. Klub ternama tanah air seperti Persekaba Badung, Persiku Kudus, hingga Persid Jember getol menggunakan tenaga pemain yang akrab dengan nomor punggung 10 ini. Bahkan banyak daerah yang kemudian menawarinya untuk menetap dan bekerja di sana. Permintaan itu di antaranya datang dari kota tetangga, Jember. Rebby yang familiar dengan Persid Jember, berkali-kali ditawari pekerjaan di sana. Namun apes, saat pekerjaan sudah di depan mata, dia jatuh sakit.

Akhirnya, tawaran pekerjaan itu pun melayang. “Ada dua instansi yang menawari. Tapi pas mau masuk, saya sakit. Akhirnya tidak jadi,” bebernya. Di sela-sela penantiannya tersebut, Rebby masih eksis bermain bola. Meski sempat absen panjang karena cedera yang dialaminya setahun lalu, kini dia bakal mendapat job baru di tim tetangga, Persid Jember. Apa itu ? Selain dipinang untuk tetap berkostum Macan Sangar untuk musim kompetisi depan, Rebby juga didapuk untuk menjadi asisten pelatih. Reward yang tentu saja menjadi penyemangat pemain yang satu ini untuk terus memelihara asa menjadi PNS di tanah kelahirannya. (radar)