Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Kelilingi Pulau Pakai Layangan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kelilingWONGSOREJO – Sedikitnya 40 peselancar melakukan aksi menarik di perairan Pulau Tabuhan kemarin (9/8). Hanya mengandalkan tenaga angin dan bermodal papan selancar, mereka mengelilingi pulau yang masuk wilayah Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, itu. Pulau seluas lima hektare (5 ha) dengan pasir putih yang lembut itu kini mengenalkan dirinya sendiri sebagai salah satu lokasi olahraga air yang menarik di Bumi Blambangan.

Kawasan tersebut jadi lokasi favorit bermain kite surfing dan windsurfing. Aksi mereka kali ini benar-benar berbeda dengan surfing yang biasa dilakukan di pantai Banyuwangi Selatan, seperti pantai Plengkung atau pantai Pulau Merah. Surfing murni mengandalkan kekuatan dan ketinggian ombak. Sementara itu, kite surfing tergantung kekuatan angin. Kite surfing di Pulau Tabuhan merupakan varian olahraga surfing. 

Peralatan tambahan yang digunakan berupa parasit, layang, atau layar, untuk menarik papan surfing. Itulah
keunikan yang dimiliki Tabuhan. Pulau yang berlokasi di Selat Bali itu menyajikan keindahan kepada kite surfers.Selain view berupa gunung di daratan pulau Jawa tampak indah, hijaunya Taman Nasional Bali Barat (TNBB) juga terlihat indah. Kedua daratan itu memberi pengaruh cukup bagus terhadap embusan angin.

san angin yang cukup bagus itu menjadi kunci kesuksesan ajang olahraga surfing bertajuk Summer Kite Surfing Camp yang berlangsung dua hari mulai kemarin hingga hari ini. Acara yang digagas Banyuwangi Bangsring Brezee bersama Pangkalan TNI AL (Lanal) Banyuwangi dan Pemkab Banyuwangi itu diikuti 40 kite surfers dari berbagai negara. Setelah acara dibuka Bupati Banyuwangi, para kite surfer langsung mencoba melakukan manuver. 

Mereka sekeliling pulau yang banyak ditumbuhi pohon stigi tersebut. Sesekali mereka melakukan lompatan ke udara dan meliuk-liuk mengikuti embusan angin. Aksi mendebarkan itu langsung menjadi bidikan kamera para fotografer. Gemerincing suara gamelan Banyuwangi dari Sanggar Langlang Buana yang menyertai acara itu menyebabkan suasana semakin meriah dan semarak. Selain menjadi tontonan yang terbilang eksklusif, tidak jarang para penonton menjadikan peralatan yang mereka gunakan sebagai background foto narsis.

Salah seorang kite surfer, York, 33, mengakui bahwa perairan Pulau Tabuhan terasa istimewa. Jika dibandingkan tempat lain, seperti perairan Sanur atau perairan Singapura, angin di Pulau Tabuhan lebih kuat dan stabil. “Good wind and strong,” ujar pria asal Singapura itu. Ivan Ismadi Putra, 33, panitia penyelenggara mengatakan, dibanding Sanur yang lebih dalu terkenal, perairan Pulau Tabuhan memiliki beberapa kelebihan. Ukuran Pulau Tabuhan yang tidak begitu luas. 

Itu justru membuat lokasi itu sangat menarik dijadikan arena race. Tidak hanya itu, pasirnya yang putih dan lembut menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, faktor utama kegiatan kite surfing atau windsurfing adalah angin yang kencang. Itu tersedia di Pulau Tabuhan. Kecepatan angin di Pulau Tabuhan cocok untuk permainan kite surfing. Bahkan, kecepatan angin kemarin dirasa melebihi standar. “Kemarin speed angin melebihi 25 knot,” ujar pria asal Jember itu.

 Ivan menambahkan, standar kecepatan angin untuk permainan kite surfing antara 17 hingga 20 knot. Meski demikian, bukan berarti permainan tidak bisa dilakukan saat angin bertiup lebih kencang. Kondisi itu bisa disiasati dengan menggunakan parasut yang ukurannya disesuaikan kecepatan angin. Semakin besar angin, maka parasut yang digunakan harus semakin kecil. Sebaliknya, jika angin kurang kencang, maka parasut yang digunakan harus lebih besar.(radar)