SEMPU – Beternak burung berkicau mulai marak dilakukan warga di Banyuwangi Selatan. Burung yang ditangkarkan itu termasuk jenis jalak kebo yang banyak ditemukan di persawahan. Burung jenis itu terancam punah karena sering diburu.
Salah seorang peternak burung, Suratman, 62, warga Dusun Simbar, Desa Karangari, Kecamatan Sempu, mengaku populasi burung jalak di persawahan sudah mulai jarang ditemukan. Oleh karenanya, untuk menyelamatkan populasi burung itu, dia menangkarkan jalak kerbo yang punya nama latin Acridotheres javanicus itu sejak sepuluh tahun lalu.
Berbeda dengan jalak Bali yang endemik di Pulau Dewata, jalak kebo hitam itu terdapat di beberapa pulau di Indonesia. Burung itu bisa ditemui di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan di beberapa daerah lain di Indonesia. Bahkan, jalak kebo banyak berseliweran di Singapura dan Malaysia.
Jalak kebo termasuk burung yang berkicau dengan memiliki suara yang khas dan pintar menirukan suara yang berada di sekelilingnya. Selain itu, terang dia, burung ini juga dikenal mampu menirukan suara manusia, atau bisa berbicara layaknya burung beo. Hanya, dalam mengucapkan kata-kata tidak sefasih dan sebersih burung beo.
“Kalau bisa bicara itu tergantung perawatannya,” katanya. Burung jalak kebo suka hidup di daerah terbuka, seperti daerah rawa dan dekat persawahan. Karena di daerah persawahan itulah burung jalak hitam suka hinggap di atas punggung kerbau sambil makan kutu dan parasit lainnya. Tak heran, jika burung itu di beberapa tempat di pulau Jawa disebut sebagai Jalak Kebo.
“Kalau di habitat aslinya, burung jalak kebo bersarang di lubang-lubang pohon besar,” jelasnya. Dengan ditangkarkan di sekitar rumah, burung jalak hitam tersebut kini sudah jinak. Tak heran, meski bisa terbang bebas burung itu masih kembali pada sarang yang telah dibuatkan. (radar)