Salah satu nelayan, Sobirin, 42, asal Dusun Krajan, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran mengatakan, selain khawatir terjadi kecelakaan, ombak besar dan angin kencang itu membuat ikan hasil tangkapan menjadi sedikit.
“Sudah tiga hari para nelayan tidak melaut, para pedagang dan tengkulak juga tidak datang karena stok ikan tidak ada,” ujarnya.
Karena tidak bekerja, para nelayan itu kini bekerja serabutan. Tapi, di antara nelayan juga ada yang memperbaiki kapal, jarring, dan mesinnya. “Harapan kami ombak segera bersahabat, agar saya dan teman-teman dapat melaut lagi,” ungkapnya.
Nelayan lainnya, Suyono, 38, mengungkapkan jika dipaksakan melaut, maka hasil tangkapan juga sedikit. Ombak besar itu memang sering muncul mulai Juni hingga September. “Saat ini yang bisa dilakukan para nelayan hanya menunggu ombak kembali mereda,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Air dan Udara (Kasatpolairud) Polres Banyuwangi, AKP Subandi, menuturkan gelombang besar itu sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Dia mengimbau para nelayan yang beraktivitas di perairan Laut Selatan untuk berhati-hati dan lebih waspada. Sebab, ombak hingga Agustus masih tinggi.
“Gelombang besar di wilayah selatan mencapai lima meter. Para personel sudah saya perintahkan untuk mengimabu para nelayan agar tidak melaut,” cetusnya.