sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Praktik pemalakan terhadap wisatawan di kawasan Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, kembali mencuat dan menuai sorotan.
Pengelola Bangsring Underwater, Sukirno, menegaskan bahwa aksi meresahkan tersebut bukan kejadian baru, melainkan sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan oleh oknum warga sekitar Desa Bangsring.
Peristiwa terbaru yang menimpa rombongan wisatawan asal Surabaya pada Sabtu (13/12) disebut menjadi puncak dari rangkaian kejadian serupa yang selama ini kerap terjadi.
Kasus tersebut mencuat ke publik lantaran salah satu korban merupakan seorang jurnalis yang kemudian mengungkap praktik pemalakan tersebut secara terbuka.
“Sudah berlangsung lama, bukan kali ini saja. Dulu juga sempat menutup jalan menuju Bunder. Oknumnya ya itu saja,” tegas Sukirno.
Baca Juga: Komunitas Wong Tuo Madiun Gelar Wisata Religi dan Kuliner di Banyuwangi
Modus Lama, Wisatawan Dimintai Uang Tambahan
Sukirno menjelaskan, modus yang dilakukan oknum warga tersebut relatif sama.
Mereka berdalih melakukan pengawalan terhadap bus wisata, namun kemudian meminta uang tambahan dengan nominal yang cukup besar.
Padahal, wisatawan sebelumnya sudah membayar biaya parkir secara resmi kepada pengelola kawasan wisata.
Dalam kejadian terakhir, bus wisata diketahui sudah parkir di kawasan Pantai Mutiara, sementara rombongan wisatawan melanjutkan kunjungan ke kawasan Bunder.
Karena kondisi wisatawan yang kelelahan, rombongan dijemput menuju area parkir Bunder.
Namun saat perjalanan pulang, oknum warga justru meminta sejumlah uang kepada wisatawan.
“Hal ini jelas memberatkan wisatawan dan menciptakan rasa tidak aman. Yang kemarin itu busnya sudah parkir di Pantai Mutiara, tapi tamunya ke Bunder. Karena kelelahan, tamunya dijemput ke parkiran Bunder, pulangnya justru dimintai uang oleh oknum warga,” imbuh Sukirno.
Baca Juga: Viral Dugaan Pemalakan Wisatawan, Polsek Wongsorejo Pastikan Tidak Ada Pungutan Liar di Wisata Bangsring Underwater
Page 2
Atas kondisi tersebut, pihak pengelola Bangsring Underwater berharap adanya langkah tegas dari pemerintah desa dan aparat kepolisian, khususnya Polsek Wongsorejo.
Sukirno menilai, jika persoalan ini ditangani secara sepihak oleh pengelola, dikhawatirkan justru memicu gesekan dan konflik horizontal antarwarga.
“Kami butuh kehadiran aparat, baik dari pemerintah desa maupun Polsek Wongsorejo, agar persoalan ini tidak berlarut-larut. Jangan sampai pengelola bergerak sendiri dan justru menimbulkan konflik,” ujarnya.
Menurutnya, penanganan secara terkoordinasi sangat penting demi menjaga kondusivitas wilayah sekaligus melindungi citra pariwisata Banyuwangi yang selama ini dikenal ramah dan aman bagi wisatawan.
Baca Juga: Rincian Tarif dari Cikampek ke Kalikangkung Usai Diskon Tol Trans Jawa 20 Persen Saat Nataru 2025–2026
Dampak Langsung ke Pariwisata, Tamu Banyak yang Batal Datang
Aksi pemalakan tersebut berdampak langsung terhadap kunjungan wisata.
Sukirno mengungkapkan, sejumlah wisatawan, khususnya yang datang menggunakan bus, memilih membatalkan kunjungan ke Bangsring Underwater karena khawatir menjadi korban pemalakan.
“Banyak tamu kami akhirnya cancel. Saya juga komunikasi dengan teman-teman pengelola wisata lainnya, dan banyak yang mengaku mengalami hal yang sama. Jadi dampaknya bukan hanya ke Bunder, tapi ke kawasan wisata lain juga,” tegasnya.
Ia menambahkan, jika praktik seperti ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan merusak kepercayaan wisatawan dan menghambat perkembangan sektor pariwisata di wilayah Wongsorejo dan Banyuwangi secara umum.
Pengelola berharap, dengan adanya perhatian serius dari pihak terkait, praktik pemalakan dapat segera dihentikan, sehingga wisatawan kembali merasa aman dan nyaman saat berkunjung ke Bangsring Underwater maupun destinasi wisata lainnya di Banyuwangi. (*)
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Praktik pemalakan terhadap wisatawan di kawasan Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, kembali mencuat dan menuai sorotan.
Pengelola Bangsring Underwater, Sukirno, menegaskan bahwa aksi meresahkan tersebut bukan kejadian baru, melainkan sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan oleh oknum warga sekitar Desa Bangsring.
Peristiwa terbaru yang menimpa rombongan wisatawan asal Surabaya pada Sabtu (13/12) disebut menjadi puncak dari rangkaian kejadian serupa yang selama ini kerap terjadi.
Kasus tersebut mencuat ke publik lantaran salah satu korban merupakan seorang jurnalis yang kemudian mengungkap praktik pemalakan tersebut secara terbuka.
“Sudah berlangsung lama, bukan kali ini saja. Dulu juga sempat menutup jalan menuju Bunder. Oknumnya ya itu saja,” tegas Sukirno.
Baca Juga: Komunitas Wong Tuo Madiun Gelar Wisata Religi dan Kuliner di Banyuwangi
Modus Lama, Wisatawan Dimintai Uang Tambahan
Sukirno menjelaskan, modus yang dilakukan oknum warga tersebut relatif sama.
Mereka berdalih melakukan pengawalan terhadap bus wisata, namun kemudian meminta uang tambahan dengan nominal yang cukup besar.
Padahal, wisatawan sebelumnya sudah membayar biaya parkir secara resmi kepada pengelola kawasan wisata.
Dalam kejadian terakhir, bus wisata diketahui sudah parkir di kawasan Pantai Mutiara, sementara rombongan wisatawan melanjutkan kunjungan ke kawasan Bunder.
Karena kondisi wisatawan yang kelelahan, rombongan dijemput menuju area parkir Bunder.
Namun saat perjalanan pulang, oknum warga justru meminta sejumlah uang kepada wisatawan.
“Hal ini jelas memberatkan wisatawan dan menciptakan rasa tidak aman. Yang kemarin itu busnya sudah parkir di Pantai Mutiara, tapi tamunya ke Bunder. Karena kelelahan, tamunya dijemput ke parkiran Bunder, pulangnya justru dimintai uang oleh oknum warga,” imbuh Sukirno.
Baca Juga: Viral Dugaan Pemalakan Wisatawan, Polsek Wongsorejo Pastikan Tidak Ada Pungutan Liar di Wisata Bangsring Underwater







