Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

SMK PGRI 2 Giri Dulu Bekas Rumah Pengusaha Belanda

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Bangunan-SMK-PGRI-2-Giri-Banyuwangi-di-Jalan-Mawar-16,-Kelurahan-Penataban,-Giri,-sebelum-direnovasi-dan-masih-beratap-seng.

BANGUNAN tua di Banyuwangi masih menjadi incaran tim ekspedisi peninggalan kolonial Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) dan komunitas Banjoewangie Tempo Doeloe (BTD). Kali ini tim ekspedisi mengunjungi  sebuah bangunan tua di Kelurahan  Penataban, Kecamatan Giri, yakni SMK PGRI 2 Giri Banyuwangi.

Meski terlihat jadul (lawas), tapi konstruksi bangunan SMK PGRI 2 Giri Banyuwangi itu masih  terlihat kokoh. Bangunan dengan plafon tinggi, pintu dan jendela besar-besar menandakan bangunan itu peninggalan kolonial  Belanda pada zaman dulu.

Tampaknya, bangunan itu masih seperti aslinya dulu. Terlihat  hanya ada sedikit renovasi pada   bangunan tersebut, yakni renovasi lantai dan atap bangunan. Yang  dulu atap terbuat dari seng, saat   ini sudah diganti genting. Lantai bangunan pun demikian, dulu awalnya berlantai ubin, tapi saat ini sudah diganti keramik.

Informasi yang dikumpulkan Jawa Pos Radar Banyuwangi dan BTD, bangunan itu didirikan  pada tahun 1900-an. Kala itu pemerintah Belanda memerintahkan beberapa pengusaha asal Belanda membuka lahan perkebunan kopi, karet, tembakau,  teh, cokelat, dan lain-lain, di Pulau Jawa paling timur.

Saat itu ada empat pengusaha swasta asal Belanda yang ditunjuk. Mereka diberi kebebasan membuka lahan di wilayah Glenmore. Salah satu pengusaha tersebut adalah JH. Behms. JH. Behms adalah warga berkebangsaan Belanda yang lahir pada 23 Agustus  1863 di Franeker, Belanda.

Saat usianya menginjak usia 40-an, dirinya bersama ketiga rekannya bersama-sama membuka lahan di wilayah Glenmore  dengan nama C.O. (Cultuur  Ondememing) Kendanglembu.  Perkebunan itu di bawah naungan  David Bemie Administrasi Kantoor (DBAK) yang berkedudukan  di Jember, Karesidenan Besuki.

Singkat cerita, saat perkebunan sudah mulai berjalan dengan baik dan beberapa pekerja dari luar kota sudah mulai didatangkan, keempat pengusaha asal Belanda ini terlibat konflik yang mengakibatkan mereka harus berpisah.

Konflik tersebut terlihat  sangat serius. Sampai-sampai pengadilan Belanda mengutus JH. Behms harus pergi dari  perkebunan Glenmore yang dia dirikan  itu. Dia pun memilih pergi ke arah timur, yakni menuju Kelurahan Penataban, Kecamatan Giri.

Di Kelurahan Penataban JH. Behms membangun sebuah rumah mewah yang saat ini menjadi  gedung SMK PGRI 2 Giri. Tidak diketahui secara pasti tahun berapa rumah itu dibangun JH.  Behms dan bagaimana proses  pembangunannya. Sebab, JH.  Behms sangat jarang muncul dan tertulis di buku-buku sejarah.

“Tapi kami prediksi itu dibangun pada tahun 1900-an,” ujar Munawir,   ketua BTD. Humas BTD, Yanuar Widodo, menjelaskan setelah rumah yang dibangun itu berdiri dengan kokoh, Behms mempersunting wanita pribumi asal Malang bernama Halimah.

Dia pun mengajak istri dan keluarga istrinya tinggal di Banyuwangi. Sebagian keluarga Halimah dibelikan sawah di daerah Krikilan, Glenmore.  Sebagian lagi ada yang   dipe kerjakan sebagai sopir, pembantu rumah tangga, koki, tukang kebun, dan lain-lain.

Masing-masing dari mereka juga dibuatkan sebuah rumah di belakang rumah JH Behms di Kelurahan Penataban itu, sehingga  terbentuk perkam pungan kecil  keluarga Halimah di lokasi tersebut. Hingga saat ini perkampungan itu masih padat penduduk.

Bahkan, saat Halimah mening gal dunia,  jenazahnya dima kamkan di sebuah   perkampungan di belakang rumah milik JH Behms tersebut. Sementara itu, ketua ekspedisi, MH. Qowim, menjelaskan berdasar literatur yang ditemukan, pernikahan JH Behms dan Halimah tidak dikaruniai anak. Namun, mereka mengasuh empat  anak bernama Sirat Minggu,  Asmiati, Paino, dan Saelah.

“Di masa hidupnya, keluarga Behms terkenal sebagai keluarga baik, dermawan, dan peduli terhadap pribumi,” jelas MH. Qowim. Diceritakan Munawir, berdasar  penelusuran yang dilakukan  didapatkan data bahwa keluarga JH. Behms hidup rukun.

Perkampungan kecil di belakang rumah  JH. Behms juga tampak tenang waktu itu. Memasuki Perang Dunia II tahun 1942, Behms ditangkap dan ditawan penguasa Jepang yang mengalahkan penguasa Belanda. Dia ditahan di rumah tahanan (penjara) di Malang kemudian dipindahkan ke Semarang hingga meninggal pada  tanggal 29 Maret 1944.

Setelah meninggal, rumah itu ditempati Halimah dan anak-anak  asuhnya. Akibat semua harta kekayaan JH. Behms disita Jepang—termasuk rumah—akhirnya keluarga Halimah jatuh  miskin. Halimah meninggal dunia  dalam keadaan miskin.

“Bangunan di SMK PGRI 2 Giri ini masih  asli semua. Hanya lantai dan atap saja yang diganti tapi masih  terawat dengan baik,” pungkas  Munawir. (radar)