Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tak Kuat Bayar Biaya Operasi, Petok Tanah Disita Untuk Jaminan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tukiran-merawat-ibunya-sukinah

PURWOHARJO – Kondisi Sukinah, 77, warga Dusun Gumukrejo, RT 1, RW 4, Desa/Kecamatan Purwoharjo, itu sangat memprihatinkan. Nenek itu sejak  tujuh tahun lalu hanya bisa berbaring  di atas kasur karena lumpuh. Sehari-hari Sukinah tinggal bersama putra semata wayangnya, Tukiran, 55, di sebuah rumah sangat sederhana.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup,  Tukiran hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai buruh serabutan.  Kalau ada yang nyuruh kerja baru kerja. Kalau  tidak ada ya berusaha sebisanya. Yang penting tidak meminta-minta,” ujar Tukiran.

Di usianya yang sudah setengah abad lebih itu Tukiran mengaku belum menikah. Itu sengaja dilakukan karena ingin merawat ibu kandungnya yang  sudah tua dan sering sakit-sakitan. Apalagi, setahun lalu dia harus menjalani operasi usus dan lambung di salah satu klinik di Desa Purwoharjo.

“Untuk operasi habis banyak,” katanya.  Tagihan yang diterima dari klinik  itu, terang dia, senilai Rp 28 juta. Dana sejumlah itu, jelas dia, baginya sangat besar dan jelas tidak  mampu membayar. “Saya tidak bisa membayar, petok tanah rumah ini oleh petugas klinik diambil  untuk jaminan,” ujarnya.

Tukiran mengaku tidak tahu dari mana harus membayar. Sebelumnya, para tetangga banyak yang membantu dengan iuran dan terkumpul Rp 4 juta. “Uang iuran dari warga kita berikan ke klinik untuk cicilan,” katanya. Menurut Tukiran, luka bekas jahitan operasi di bagian perutnya masih  terlihat jelas. Hingga kini dia membatasi diri dalam bekerja agar tidak terlalu lelah.

“Kalau bekerja dan angkat berat,  saya tidak memaksakan diri. Khawatir  luka jahitan belum kering dan berbahaya,” ujarnya.  Hasil bekerja sebagai buruh lepas  harian itu, Tukiran hanya mendapat ongkos rata-rata Rp 50 ribu. Uang itu hanya cukup digunakan untuk  kebutuhan makan dan minum   bersama ibunya. Semua pekerjaan rumah tangga, mulai mencuci,  memasak, hingga merawat ibunya,  dikerjakan sendiri.

“Kalau tidak bekerja, kadang juga dikasih tetangga,” ungkapnya. Kondisi Tukiran dan Sukinah itu juga kerap mendapat perhatian warga sekitar. Sejumlah warga  mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. “Kalau bisa pemerintah segera turun ke lapangan melihat kondisi warga miskin. Jangan gembar-gembor penanganan kemiskinan saja, tapi tidak ada faktanya,” cetus Edi Yan Wibowo, 67, warga setempat. (radar)