Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Petani Dihabisi di Sawah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

warga-dan-kerabat-kotban-ntembemnglraocan-jenazah-ngadelan-nlenuiu-penahanan-utnum-dusun-salamreio-desa-sumbergondo-siang-kemarin

Motifnya Diduga Rebutan Air Irigasi

GLENMORE – Dalam sepekan dua peristiwa pembunuhan menggegerkan warga Banyuwangi. Kejadian pertama berlangsung di Desa Bengkak, Wongsorejo, Rabu lalu (15/10). Seorang suami tega menghabisi nyawa istrinya dengan sebilah celurit.  Kejadian kedua berlangsung di Dusun Salamrejo, Desa Sumbergondo, Glenmore, Rabu kemarin (19/10).

Seorang kakek berusia 69 tahun ditemukan tengkurap bersimbah darah di sawah miliknya. Kakek malang itu bernama Ngadelan alias Sadiyo, warga Sumbergondo. Ada dugaan meninggalnya Ngadelan akibat dibunuh seseorang. Motif kematiannya masih diselidiki polisi. Kabar yang santer beredar, kematian Ngadelan akibat rebutan air di sawah dengan seseorang.

Diperoleh keterangan, jasad Ngadelan ditemukan oleh anaknva 18.30 Rabu kemarin (19/10). Lokasi penemuan mayat berjarak 2 Km dari rumah korban. Kali pertama ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan. Di kepala ada luka yang cukup lebar. Bagian tangan tampak menghitam dan mengelupas seperti habis terbakar.

Jasad Ngadelan ditemukan setelah dua anak korban, Ali Mustofa, 33, dan Khumaidi, serta empat kerabatnya, Harisanto, 24, Hariyanto, Yuliono, 40, dan Lugiyo, 36, melakukan pencarian di sawah. Temuan ini langsung dilaporkan ke Mapolsek Glenmore.

Polisi yang mendapat laporan segera turun ke lokasi. Mayat korban langsung dievakuasi menuju IKK RSUD Blambangan untuk menjalani visum. Polisi juga mengamankan topi milik korban, sebuah bahan kimia, batu berlumuran darah, sepeda, dan parang milik korban.

“Kami masih selidiki penyebab kematian korban. Bila memang korban pembunuhan, pelakunya akan kami cari,” beber AKP Mujiono, Kapolsek Glenmore, kemarin. Nasib nahas yang menimpa Ngadelan bermula dari keberangkatan korban ke sawah sekitar pukul 05.00.

Aktivitas ke sawah merupakan kegiatannya rutin. Pukul 14.00 keluarga mulai panik. Pasalnya jam itu biasanya Ngadelan sudah pulang dan sudah sampai rumah. Mengetahui Ngadelan tidak kunjung pulang, keluarga mencarinya. Bahkan, sampai magrib pencarian tetap dilakukan. Lokasi pencariannya adalah sawah tempat korban beraktivitas.

Empat orang terdiri atas Ali Mustofa, Khumaidi, Harisanto, dan Hariyanto, yang menuju lokasi. Sementara itu, dua orang lain, Yuliono dan Lugiyo, mencari di sisi utara sawah korban. Pencarian itu akhirnya membuahkan hasil. “Bakda magrib berangkat, tarhim isya ketemu,” ungkap Ali Mustofa, anak Ngadelan.

Kerabat korban, Harisanto, 24, menuturkan sebelum menemukan jasad Ngadelan, yang ditemukan dulu adalah cangkul korban. Tak berselang lama, dia melihat korban dalam posisi tengkurap dengan tangan kiri menggenggam ke bawah. Sementara tangan kanan menyilang ke dada kiri. Di tangan kiri korban ada bekas jeratan tali.

“Posisi tengkurap dan tangan kanan menyilang ke dada. Tangan kiri bekas diikat,” ucap Harisanto. Di lokasi penemuan mayat itu juga ditemukan barang milik korban, seperti parang, topi, dan obat pembasmi serangga. Mereka terkejut bukan kepalang setelah melihat tubuh Ngadelan ditemukan dalam kondisi tak bemyawa.

Mengetahui hal itu, Khumaidi segera meminta bantuan dan melapor ke Polsek Glenmore. Pukul 21.00 jasad korban dievakuasi menuju IKK RSUD Blambangan. Polisi langsung turun dan mempelajari lokasi kejadian perkara. Hasilnya, ada beberapa benda temuan mencurigakan, seperti batu yang terdapat bekas darah.

Meski demikian, polisi masih belum berani memastikan korban merupakan korban pembunuhan. Polisi masih mengumpulkan alat dan barang bukti di lapangan. Bila benar korban tewas karena dibunuh, polisi masih mencari motifnya. Terkait santernya isu motif rebutan air. Mujiono belum bisa memberikan kepastian.

“Kalau benar korban pembunuhan, motifnya masih kami dalami,” cetusnya. Di sisi lain, pihak keluarga tidak menyangka Ngadelan akan bernasib seperti itu. Selama ini korban dikenal tidak memiliki musuh. Di kampungnya, Ngadelan dikenal sebagai pribadi yang supel. Kalau ada masalah, dia sering cerita ke keluarga.

“Dia itu orangnya supel dan mudah bergaul. Kalau punya musuh, saya ragu itu,” beber Partini, keponakan korban yang mendampingi jasad korban di IKK RSUD Blambangan. Kematian tragis Ngadelan mengundang perhatian warga Sumbergondo.

Paeno, 60, warga Dusun Gunungsari, Desa Sumbergondo, mengatakan biasanya dia melihat Ngadelan berangkat atau pulang dari sawah. Sore itu dia tidak melihat ada tanda-tanda mencurigakan dari sawahnya yang berjarak sekitar 400 meter dari lokasi.

“Saya magrib masih di sini membenahi air. Tapi ya nggak tahu apa-apa,” ungkapnya. Paeno kenal dengan korban sebagai sesama petani. “Orangnya baik, nggak pernah omong macam-macam,” imbuhnya.  Dia baru mengetahui kejadian ini setelah tiba di rumah. “Saya tahu di rumah ada ramai-ramai,” ujarnya.

Kepala Desa Sumbergondo, Norman lswandi, mengimbau warga tidak mencurigai orang lain. Apabila mereka menemukan kecurigaan, hendaknya dilaporkan kepada kepala desa atau polisi, tidak boleh dibicarakan kepada warga lain.

“Kalau ada yang curiga, sampaikan kepada saya, jangan kepada orang lain,” serunya. Seruan itu perlu disampaikan karena di sekitar lokasi penemuan mayat terdapat aktivitas pemeliharaan bebek dari luar daerah. Dia khawatir, warga yang tidak bisa menahan diri mencurigai pendatang, sehingga menimbulkan kondisi yang kurang baik.

“Di tempat itu banyak orang angon bebek. Sebagian dari luar daerah. Ya, saya khawatir kalau kecurigaan mengarah ke sana,” ucapnya. (radar)