Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sering Turun Hujan, Panen Kopi Turun

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Petani kopi asal Tegalpakis, Desa Kalibaru Wetan menjemur biji kopi di pinggir jalan raya, kemarin (24-7).

KALIBARU – Para petani kopi yang tinggal di daerah Kecamatan Kalibaru, kini banyak yang mengeluh. Gara-gara hujan yang sering turun beberapa waktu lalu, membuat hasil panen menurun hingga 50 persen.

Bukan hanya itu, para petani yang sudah memanen kopi direpotkan dengan proses penjemuran karena cuaca yang masih sering mendung. “Hasil panen kali ini jeblok, tidak seperti sebelumnya,” cetus Ratnami, 50, petani kopi asal Dusun Tegalpakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru.

Menurut Ratnami, saat turun hujan beberapa waktu lalu membuat bunga dan buah kopi banyak yang merotol. Dan itu, jumlahnya cukup banyak. “Kalau biasanya satu pohon ada sepuluh gerombol kopi, sekarang hanya ada lima atau enam saja,” terangnya.

Saat kopi sudah dipanen, lanjut dia, masih direpotkan dengan penjemuran karena sering mendung. Untuk menjemur kopi hingga kering, kalau normal dibutuhkan waktu hingga empat hari. “Sekarang bisa seminggu belum kering,” katanya.

Lamanya proses penjemuran karena cuaca yang sering mendung dan hujan, jelas dia, menyebabkan kopi menjadi kehitaman dan itu mengakibatkan harga menurun. “Kalau tidak ada panas dan kehujanan, kopi bisa hitam,” jelasnya.

Petani kopi lainnya, Hendri Alafi, 30, mengatakan penanganan kopi pasca petik diperlukan penanganan serius. Bila sering turun hujan, itu sangat riskan. Saat masih gelondongan, kopi cukup berisiko menjadi kehitaman, kecuali setelah masa giling kupas.

“Kalau masih gelondongan kena hujan akan bermasalah, tapi kalau sudah digiling tidak masalah,” terangnya. Untuk harga jual, Hendri menyebut cukup bagus, kopi gelondongan harganya yakni Rp 5.000 per kilogram, sedang kopi kering mencapai Rp 24 ribu per kilogram.

“Harga bagus, tapi barangnya berkurang,” cetusnya. Hendri menyebut hasil panen petani yang menurun hingga 50 persen, ini dinilai masih cukup bagus. Sebab, di beberapa perkebunan tanaman kopinya malah ada yang tidak panen. “Di kebun Lekap malah tidak panen,” ujarnya.(radar)