Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

1 Kg Cabai = 18,5 Liter Pertamax

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Lombok Naik, Ayam Betutu Ikut Terkerek

BANYUWANGI – Harga cabai rawit kembali mengalami lonjakan kenaikan yang sangat siknifikan. Harga cabai pedas tersebut saat ini diperdagangkan di kisaran Rp 150 ribu per Kg di tingkat pedagang pasar Banyuwangi. Harga cabai pedas per Kg saat  ini setara dengan 18,5 liter bahan bakar minyak jenis Pertamax.

Asumsinya satu liter Pertamax Rp 8.050. Ini artinya, harga sekilo cabai jika dibelikan Pertamax dapat 18,5 liter. Salah seorang pedagang cabai  di pasar Banyuwangi Liswati  menuturkan, harga rata-rata Rp 145 ribu hingga 150 ribu  per kilogramnya. Kenaikan  harga ini terjadi sejak dua hari  lalu.

“Kalau satu onsnya saya jual Rp 15 ribu,’’ ujarnya.  Mahalnya harga cabai dirasakan  oleh pelaku kuliner. Salah satunya  dirasakan Khusnul Chotimah, pemilik warung ayam betutu yang  tinggal di Perumahan Griya Giri  Mulya (GGM), Kelurahan Klatak, Kalipuro.

Timah- sapaan akrabnya-mengungkapkan, sejak harga cabai  terus meroket, dia terpaksa menaikkan harga ayam betutut. Per ekor ayam betutu goreng  yang biasanya dijual Rp 110 ribu  kini dibanderol Rp 120 ribu. Kenaikan itu juga berlaku pada ayam betutu kategori kotakan. Sebelumnya per kotak dijual Rp 35 ribu, seiring kenaikan harga cabai kini dijual Rp 37 ribu.

“Kami  tidak mengurangi rasa pedas, tapi dengan menyiasati kenaikan Rp 10 ribu untuk ayam betutu  kategori satu ekor. Yang betutu kotakan naik Rp 2.000,’’ ujar Timah dihubungi tadi malam. Bukan hanya dirasakan pedagang ayam betutu, meroketnya  harga cabai rawit juga dirasakan penjual nasi pecel dan sego tempong di Perumahan Kebalenan Indah, Banyuwangi.

Salah  seorang pedagang, Mirah menuturkan, untuk menyiasati harga cabai yang cukup tinggi, Mirah  mengaku mengurangi rasa pedasdalam aneka masakannya. “Rasa  pedasnya kita kurangi. Bagaimana lagi, sekilo cabai rawit Rp 150 ribu,’’ ujar wanita asal Ujung Pandang itu.

Kepala Dinas Perindustrian dan  Perdagangan Banyuwangi Ketut Kencana memberikan menjelasan  seputar fenomena tingginya harga  cabai rawit di pasaran. Dia menyebut, kalau faktor minimnya cabai rawit yang dipanen pada  musim kali ini.

‘’Intensitas cabai  yang dipanen sekarang sangat  minim,’’ papar nya. Hal itu sangat berbeda jauh  dengan musim sebelumnya. Jika  dibandingkan, pada musim panen lalu tengah berlangsung panen  raya, sehingga harga tergolong normal. ‘’Kalau sekarang, yang  panen sedikit, tidak seperti musim  panen tahun lalu,’’ bebernya.

Saat ini kondisi cuaca yang tidak  menentu bisa menimbulkan keru sakan pada tanaman, misalnya layu. ‘’Kondisi cuaca yang anomali membuat tanaman cabai  rawit tidak normal,’’ ungkapnya. Selain itu, banyak petani yang memilih tidak menanam cabai  rawit karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal itu juga yang  membuat jumlah cabai rawit  yang dipanen tidak melimpah.

‘’Memang faktornya masalah  cuaca,’’ dalihnya.  Harga cabai rawit yang melambung tinggi bukan hanya terjadi di Banyuwangi. Berbagai daerah  lain di Jawa Timur banyak yang mengalami kondisi serupa.  “Seperti Malang dan Surabaya, harga cabai juga naik cukup  drastis,’’ sebutnya.

Sebetulnya, lanjut Ketut, Banyuwangi termasuk kawasan sentra cabai rawit di Jawa Timur.  Tapi, minimnya hasil panen membuat harga yang akhirnya dimainkan oleh oknum-oknum tertentu. ‘’Terutama dimainkan  oleh para pemodal,’’ tudingnya.

Minimnya hasil panen itumemaksa kalangan distributor luar daerah melirik Banyuwangi.  Mereka memasok cabai rawit di sejumlah pasar di Kota Gandrung. ‘’Harganya sudah tinggi, di pasar juga otomatis naik juga,’’ cetusnya. Memang ada upaya untuk kembali menstabilkan harga  cabai rawit tersebut.

Hanya saja, hal itu tidak langsung berlangsung  dalam waktu sekejap. ‘’Kita berusaha agar harga kembali normal,’’ imbuh mantan Kepala Dishub Banyuwangi itu. (radar)