WONGSOREJO – Sejuta pesona keindahan alam Banyuwangi masih banyak yang tersembunyi. Tidak hanya Gunung Ijen dan pantai Pulau Merah yang sudah tersohor, Banyuwangi ternyata memiliki keindahan bawah laut.
Untuk mengeksplorasi eksotisme bawah laut, hari ini digelar Banyuwangi Underwater Festival. Festival itu akan dipusatkan di objek wisata zona perlindungan bersama (ZPB) Rumah Apung, Pantai Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, yang sudah lama dikelola Kelompok Nelayan Samudera Bakti. ZPB Bangsring terletak di wilayah laut Bangsring, perairan Selat Bali.
Luas area ZOPB 15 hektare. Laut Bangsring memiliki gugusan karang indah yang menjadi tempat sembunyi ribuan ikan hias. ”Kami terus menggali potensi sumber daya alam yang dimiliki Banyuwangi. Underwater Festival adalah satu cara untuk mengenalkan secara luas keindahan bawah laut Banyuwangi,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Bangsring Underwater (Bunder) selama empat tahun terakhir ini telah menjelma menjadi salah satu objek wisata favorit di Banyuwangi. Bunder berada di Dusun Krajan, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, yang berjarak sekitar 27 kilometer dari kota Banyuwangi ke arah utara.
Di tempat itu wisatawan bisa menikmati wisata bahari, seperti berenang bersama anak ikan hiu di keramba rumah apung dan memberi makan ikan laut liar di Selat Bali. Selain itu, wisa tawan bisa juga diving dan snor keling di sekitar keramba hingga Pulau Tabuhan yang terkenal dengan pasir pantainya yang putih.
Saat snorkeling, wisatawan bisa menikmati eksotisme pemandangan bawah laut yang dipenuhi terumbu karang, koloni soft coral, dan aneka ikan hias. Yang terbaru, nelayan setempat juga telah membangun sebuah rumah bawah air yang bisa dijadikan spot diving yang bagus karena di sana banyak tumbuh terumbu karang.
Bukan hanya mempromosikan wisata, festival ini sekaligus sebagai kampanye konservasi ekosistem laut. Maksudnya, laut dikelola agar memberikan manfaat secara ekonomis bagi nelayan sekaligus menjaga kelestarian ekosistem.
Bangsring menjadi model pengelolaan laut oleh nelayan yang seimbang antara eksploitasi dan upaya menjaga keberlanjutan populasi perika nannya. Bahkan, nelayan Bangsring juga mampu mengemas ekosistem itu menjadi sebuah daya tarik wisata yang luar biasa.
“Lewat festival ini kami berharap yang dilakukan nelayan Bangsring bisa menular ke nelayan lain di Banyuwangi,” harap Anas. ZPB Bangsring saat ini telah ditetapkan sebagai area konservasi. Pengelola Bunder yang juga ketua Kelompok Nelayan Samudera Bakti, Ikhwan Arief, menuturkan di kawasan itu dulu ekosistem lautnya rusak. Ikan berkurang dan karang-karang hancur.
”Para nelayan akhirnya sadar bahwa perilaku merusak laut tersebut menyebabkan jumlah ikan berkurang. Akhirnya kami bersama nelayan Bangsring mulai melakukan penanaman terumbu karang. Kini laut Bangsring telah pulih,” ujar Ikhwan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Pujo Raharjo, mengatakan Banyuwangi Underwater Festival akan diawali upacara pengibaran Bendera Merah-Putih di bawah laut. Upacara itu akan dipimpin langsung Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan.
Selanjutnya, dilakukan pelepasan ekspedisi bawah laut untuk memecahkan rekor Muri penyelaman terlama. Kegiatan itu dilakukan 58 nelayan dengan cara menyelam di Selat Bali selama 28 jam. Para nelayan itu akan melakukan monitoring, memantau perubahan yang terjadi di sekitar perairan Bangsring, mulai perubahan arus, jenis ikan, hingga kondisi karang.
”Puluhan nelayan tersebut akan menyelam secara bergiliran sambil mengamati kondisi bawah laut. Hasil monitoring itu akan menjadi data bagi pengelola ZPB Bangsring dan pemkab untuk mengetahui kondisi perairan di sana,” ujar Pujo.
Setelah itu, acara dilanjutkan penanaman 1.000 terumbu karang tranplantasi di Pantai Bangsring. Penanaman itu dilakukan secara serentak di wilayah pantai di sembilan kecamatan di Banyuwangi dengan jumlah total 5 ribu terumbu karang.
Dalam festival itu juga ada kegiatan marine education bagi 250 anak-anak usia PAUD, TK, dan SD, di wilayah Bangsring. (radar)