Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Efek Cuaca, Songgon Paceklik Durian

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ilustrasi

SONGGON – Anomali cuaca menjadi musuh nomor satu bagi petani durian di Kecamatan Songgon tahun ini. Kondisi cuaca yang dibayangi hujan, panas, dan disertai angin kencang yang datang tidak menentu sangat dirasakan dampaknya saat ini.

Banyak bunga bakal buah durian yang kemudian rontok. Imbasnya, situasi tersebut membuat musim durian di kecamatan penghasil durian ini pun bisa dikatakan tidak maksimal.

Kalau pun ada hanya satu atau dua pohon milik penduduk di ladang yang berbuah. ltu pun dirasakan tidak maksimal dan tidak memberikan keuntungan bagi petani. Buah durian yang dihasilkan bantet alias kerdil dan kulitnya sangat keras. Bahkan faktor cuaca ini juga membuat buah durian rusak karena dimakan ulat.

“Duriannya jadi bantet, kulitnya keras, dan banyak diserang ulat,” beber wiwit, 24, petani durian asal Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Wiwit menuturkan, tahun ini merupakan musim terburuk bagi petani durian.

Dibandingkan tahun lalu, petani bisa memanen buah dalam satu pohon hingga 23 buah. Kini jangan puluhan, untuk mendapatkan satu buah durian saja rasanya sangat sulit. Belum lagi kalau ada buah durian yang ada di pohon. Kualitasnya sangat buruk. Durian berukuran kerdil dan kulitnya keras.

Bukan itu saja, durian yang mulai ranum banyak terdapat lubang dan membusuk karena disantap oleh ulat buah. Tidak banyak pohon durian yang berbuah tahun ini. Dalam satu ladang, paling banter satu sampai tiga saja yang berbuah. Itu pun kualitasnya belum maksimal.

Bunga calon buahnya banyak rontok terkena hujan, panas, maupun terpaan angin. Meski demikian, cita rasa buah durian khas Songgon tidak berubah. Ukuran yang kecil akibat terpaan cuaca tersebut buah durian asli Songgon ini memang tetap bisa dinikmati.

Rasanya yang manis dan dagingnya yang tebal masih bisa dinikmati meski jumlahnya tidak banyak. “Ya ada satu atau dua buah Maki bantai rasa khasnya tetap ada,” ujar Hikmah, salah satu warga setempat. (radar)