BANGUNAN terminal bandara itu, dalam operasional akan terjadi penghematan energi cukup besar dengan pendekatan konsep rumah tropis. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Penataan Ruang Banyuwangi, Mujiono membeberkan, untuk memenuhi kebutuhan udara segar dalam bangunan itu, maka konsep cross ventilation atau penghawaan udara alami.
Untuk mendapatkan udara alami itu, kata Mujiono, bangunan dinding didesain dengan banyak bukaan atau kisi-kisi agar udara segar dapat mengalir ke dalam bangunan. Tidak hanya itu, kisi-kisi juga akan berfungsi mengeluarkan udara panas melalui arah horizontal maupun vertikal.
Selain itu, bangunan terminal Bandara Blimbingsari dirancang untuk menggunakan kipas angin di beberapa titik untuk membantu mempercepat pendinginan udara tanpa menggunakan pendingin ruang atau AC secara berlebih seperti kebanyakan gedung-gedung lainnya.
Selain menggunakan penghawaan udara alami, bangunan gedung juga dirancang untuk hemat energi dengan pendeka- tan pencahayaan alami pula. Dengan demikian, maka banyak kisi-kisi kayu yang pasang untuk meredam panas dari sinar matahari yang masuk dan sebagai komponen artistik interior.
“Teritis atap yang panjang sangat efektif mengurangi panas dan pelindung dari air hujan,” tutur Mujiono. Tidak hanya itu, kata Mujiono, bangunan terminal disebut hijau karena menggunakan konsep planting and greenery. Penanaman rumput di atas atap bangunan juga bertujuan untuk meredam panas dan melindungi keawetan plat beton atap dari kerusakan atau keretakan akibat iklim dan cuaca yang terus berubah.
Penghijauan tanaman dalam maupun luar bangunan, sebut Mujiono, selain meningkatkan estetika bangunan juga bermanfaat untuk menghasilkan oksigen yang baik bagi pengguna terminal. Bangunan bandara juga menggunakan pendekatan konservasi air dengan cara menampung air hujan masuk ke reservoir, treatment limbah cair dengan memanfaatkan reservoir untuk menyiram tanaman serta cadangan proteksi kebakaran sehingga mengurangi penggunaan air tanah.
Mujiono membeberkan luas bangunan utama terminal mencapai 4.320 meter persegi atau 120×36 meter dengan kapasitas penumpang maksimal 400 orang. Dalam bangun utama ini, ada beberapa fasilitas seperti area departure atau keberangkatan dan area arrival kedatangan.
Selain area departure dan arrival, area check in, anjungan, dan drop area ada di gedung utama bersama fasilitas lainnya seperti musala sisi barat dan sisi timur, cafe, area komersial dan outlet UMKM. Pembangunan lantai drop area dan selasar utama dibuat relatif rata agar memudahkan pengangkutan bagasi penumpang.
“Outlet UM- KM kita sediakan sebagai sarana promosi ciri khas dan budaya Banyuwangi,” tutur Mujiono. Konsep green dalam pembangunan terminal penumpang bandara, kata Mujiono, secara umum didasari isu global warming yang selalu menyertai pembangunan di negara dan kota maju dan berkembang.
Peningkatan kebutuhan konsumsi energi dan terus meningkatnya polusi seiring dengan meningkatnya kegiatan industrialisasi juga menjadi munculnya ide dan gagasan pembangunan terminal bandara hijau. Dengan konsep hijau, maka kebutuhan konsumsi energi dan peningkatan polusi akibat kegiatan industri bisa diteken sekecil mungkin.
“Yang terpenting lagi, konsep pembangunan infrastruktur Banyuwangi mengedepankan identitas lokal dengan bentuk arsitektur lokal dan sumberdaya dan material lokal pula,” tandas Mujiono. Sementara itu, gagasan pembangunan terminal bandara hijau Blimbingsari itu tak lepas dari diskusi awal tahun 2014 lalu.
Diskusi antara beberapa komponen itu kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan kunjungan ke Koh Samui (Pulau Samui) di Thailand pada 24 April 2014 lalu. Yang berkunjung saat itu antara lain Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi, arsitek dari Jakarta; Andra Matin, serta Sekkab Banyuwangi yang saat itu dijabat Slamet Kariyono.
Ikut pula dalam rombongan saat itu mantan Kepala Satker Bandara Blimbingsari, Andy Hendra Suryaka yang juga asli warga Banyuwangi. Samui merupakan kota kecil Luasnya hanya 228,7 Km persegi. Hanya lima persen wilayah Banyuwangi (5700 km2). Tapi bandaranya kelas internasional: Samui Airport. Seperti Bandara Blimbingsari, Samui Airport termasuk bandara kecil. Panjang runwaynya hanya 2.100 meter.
Lebar landasan pacu Samui 45 meter, sedangkan lebar runway bandara Blimbingsari saat itu masih 30 meter. Jarak tempuh dari bandara Suvarnabhumi Bangkok ke bandara Samui sekitar 45 menit. Sama dengan jarak tempuh dari bandara Blimbingsari ke Juanda Surabaya.
Namun bedanya, bandara Samui sibuk sekali. Sehari 36 penerbangan. Sebanyak 3000 penumpang mendarat di Samui setiap hari. Sedangkan bandara Blimbingsari yang hanya tiga flight. Yang menarik, 99,9 persen penumpang pesawat ke Pulau Samui adalah wisatawan manca.
Bandara Samui ramai dengan pemandangan lalu lalang kendaraan penjemput penumpang. Mirip mobil golf dengan beberapa deret kursi ke belakang. Mirip odong-odong. Dari balik jendela pesawat yang berjalan menuju pemberhentian, kita merasakan betapa dekatnya mobil-mobil dengan bodi pesawat.
Jarak jalan mobil dan landasan pacu memang hanya 50 meter. Yang istimewa dari Samui Air port adalah desain arsiteknya. Samui dikenal sebagai Green Airport di Thailand. Bangunan bandaranya tanpa dinding dan terbuka. Mulai ruang check in, ruang tunggu, tempat pengambilan bagasi, sampai apron semuanya tidak berdinding.
Koridor yang menghubungkan antar-gate (pintu masuk kedatangan dan keberangkatan pesawat) juga tidak berdinding. Meski terbuka, bandara Samui tetap aman. Karena dikelilingi pagar tembok setinggi sekitar lima meter. Ruang tunggunya berbentuk kerucut tidak pakai genting. Tapi polycarbonat. Koridor dan ruang lainnya pakai atap welit (anyaman daun kelapa).
Karena tanpa dinding, kita bisa melihat taman. Bisa merasakan semilir angin. Jika tidak ada angin, kipas angin gantung dan dinding siap mengusir rasa gerah. Karena bandara Samui memang tidak pakai AC. Kecuali ruang pertemuan, toilet, dan satu ruang tunggu VIP.
Keunikan bandara Samui yang lain adalah manajemen interline yang tidak seperti bandara umumnya, tempat check ini penumpang tidak sekawasan dengan tempat bording pas penumpang. Sehabis check ini penumpang harus berjalan 200 meter ke tempat boardingpass.
Harus menyusui koridor yang di sebelah kirinya berjajar galeri yang menjual berbagai barang branded. Sebalah kanannya taman. Meski kecil, bandara Samui punya tujuh gate. Gate 1 – 3 untuk domestik. Gate 4-7 untuk internasional. Gate kedatangan dan keberangkatan bersebelahan.
Meski terbuka, tetap tidak bisa merokok di sembarang tempat karena dendanya setara Rp 720.000. Arsitek Andra Matin yang mendesain pengembangan bandara Blimbingsari saat menyatakan, desain bandara Blimbingsari yang sudah selesai dibuat, secara konsep sama dengan bandara Samui.
Sama-sama Green airport. Lebih mirip dengan taman bermain daripada kesan bandara. Andra menambahkan, arsitektur bandara Blimbingsari mengangkat kearifan lokal. Bangunan bandara Blimbingsari yang baru nanti bentuk atasnya mengambil model rumah Osing.
“Dan yang paling penting, bandara Blimbingsari nanti hemat energi. Tidak hanya lampu penerangannya yang minimalis, tapi juga tidak pakai AC,” ucapnya saat itu. Sementara itu, kondisi terkini terminal baru bandara Blimbingsari menarik perhatian penumpang.
Sejak tiga hari lalu, pagar seng sisi utara yang menutup proyek terminal bandara itu sudah dibuka oleh pelaksana. Praktis, terminal itu menarik perhatian para penumpang yang akan berangkat dan datang setelah pagar proyek itu dibuka. Beberapa penumpang bahkan sempat berselfie di lokasi proyek terminal baru yang sedang dikebut itu.
Salah satu penumpang asal Thailand, Premwichein Kanokkorn, 25, mengaku takjub dengan desain arsitek terminal baru di bandara Blimbingsari itu. Sarjana geologi lulusan salah satu universitas ternama di London, Inggris, itu mengakui bahwa konsep yang diusung bandara Blimbingsari mirip dengan Koh Samui International Airport.
‘’Ini sangat bagus desainnya. Juga mirip dengan Samui Airport,’’ tutur pekerja perusahaan eksplorasi di Bangkok itu.(radar)