Keluarga Tolak Otopsi, Penyelidikan Buntu
WONGSOREJO – Aparat kepolisian memiliki tugas besar untuk mengungkap motif dan penyebab kematian misterius ibu dan anak di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Rabu pagi lalu (15/3). Hingga kemarin, penyebab pasti tewasnya Tumarini Ririn, 47, dan anak perempuannya, Evi Novitasari, 15, masih menjadi tanda tanya besar.
Apakah meninggal bunuh diri dengan cara menenggak racun atau sengaja dihabisi oleh orang lain, polisi belum bisa mengungkapnya. Yang bikin penasaran, kalau toh minum racun, tanda-tanda ke arah itu tidak ditemukan. Mulut kedua korban tidak mengeluarkan busa serta tubuhnya masih utuh dari tanda-tanda adanya kekerasan.
Rupanya untuk mengungkap misteri kematian ibu dan anak yang semakin pelik ini, polisi mengalami kendala cukup besar. Sampai jenazah korban dimakamkan, pihak keluarga bersikukuh menolak untuk dilakukan otopsi. Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Dari hasil pemeriksaan luar, polisi juga tidak menemukan adanya tanda-tanda bahwa korban tewas karena setelah meminum racun. Dugaan bunuh diri yang dilakukan kedua korban ini juga masih terus didalami oleh pihak kepolisian. ”Mulut dua korban tidak berbusa, tanda kekerasan juga tidak ada sama sekali,” kata Iptu Kusmin, Kapolsek Wongsorejo.
Terkait gelas yang berbau pesing di tempat sampah rumah korban, Kusmin mengaku masih menyimpannya, dan masih terus melakukan penyelidikan apa kegunaan dari gelas itu dan mengapa berbau pesing. Dari beberapa barang bukti termasuk surat wasiat, memang gelas berbau pesing itulah merupakan barang bukti yang paling dianggap mencurigakan.
Jawa Pos Radar Banyuwangi pun mencoba berspekulasi apakah mungkin sebuah racun dicam pur air kencing kemudian diminum oleh kedua korban. Kusmin juga masih belum bisa menjawab hal itu dengan pasti. Yang jelas, pihaknya akan terus menyelidiki keberadaan gelas berbau pesing tersebut.
”Nanti akan kami cek lagi gelas itu. Dari hasil pemeriksaan luar kami tidak menemukan tanda kekerasan atau tanda-tanda bunuh diri terkena racun seperti bibir membiru atau mengeluarkan busa. Bekas bungkus racun juga tidak ada di rumah korban.
Sementara kita masih buntu menentukan apa penyebab pasti tewasnya dua korban karena keluarga menolak otopsi,” jelas mantan Kapolsek Songgon ini. Terkait wasiat yang ditulis kedua korban, Kusmin telah melakukan pemeriksaan. Surat tersebut memang ditulis tangan oleh kedua korban. Setelah dibandingkan dengan tulisan lain ternyata identik dengan tulisan kedua korban.
”Tulisan anaknya juga sama seperti tulisan di buku-buku sekolahnya. Tulisan ibu Ririn juga sama seperti tulisan tangannya di oret-oretan penjualan sayur miliknya. Kami simpulkan memang surat wasiat itu ditulis sendiri oleh kedua korban,” tandasnya.
Lebih jauh dijelaskan, dari hasil pemeriksaan beberapa saksi-saksi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, banyak yang menyebutkan bahwa tewasnya kedua korban ini disebabkan karena hal gaib. ”Almarhum suami korban dulunya orang pintar mengobati di kampungnya. Ada juga orang yang bilang bahwa arwah suami korban itu masuk ke raga anaknya sebelum dua korban ini meninggal dunia,” ungkap Kusmin.
Sementara itu, setelah melalui pemeriksaan luar dan dimandikan di Puskesmas Wongsorejo, dua korban langsung dimakamkan di TPU Alas Bulu, Rabu malam kemarin (15/3). Ririn meninggalkan dua anak laki-laki, yakni Anang, 23, dan Arik Wibowo, 19.
Meski masih berat karena kehilangan orang tua dan adik kandung satu-satunya, keduanya tampak mencoba tegar mengikhlaskan kepergian ibu dan adiknya tersebut. Seperti diberitakan sebelumnya, warga Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo Rabu pagi kemarin (15/3) geger menyusul ditemukannya Tumarini alias Ririn, 47, dan anak perempuannya, EviNovitasari, 15, tewas.
Jenazah ibu dan anak ini tergeletak ditempat tidur. Penyebab kematian ibu dan anak itu misterius. Informasi yang santer berkembang di Desa Alasbuluh menyebutkan, kalau korban sengaja bunuh diri karena terbelit utang. Namun, informasi itu masih harus didukung alat bukti di loaksi kejadian. Sebab, ketika dilakukan pemeriksaan, tanda-tanda yang mengarah kepada pembunuhan atau bunuh diri belum ditemukan.
Sekujur tubuh kedua korban tidak ditemukan luka akibat penganiayaan. Mulut kedua korban juga tidak mengeluarkan busa sebagai ciri-ciri kematian akibat menenggak racun. Untuk mengetahui motif dan penyebab kematian ibu dan anak ini, polisi membawa keduanya ke Puskesmas Wongsorejo.
Sayangnya, dari pihak keluarga menolak jika tubuh korban dilakukan otopsi. Padahal secara medis, salah satu cara mengungkap penyebab kematian ibu dan anak tersebut adalah dengan diotopsi. (radar)