SEMANGAT perjuangan pasukan TNI Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) 0032 patut diteladani generasi muda sekarang. Demi menjaga kedaulatan tanah air dari gangguan para penjajah, mereka rela berkorban jiwa dan raga.
Pasukan gagah berani ini gugur di medan perang saat melawan Belanda di Pantai Boom 21 April 1947 silam. Di pagi buta, penahanan pantai Banyuwangi yang memanjang dari Pantai Bangsring, Wongsorejo, hingga Pantai Boom mulai diserang oleh pasukan Belanda.
Tembakan dari segala penjuru mulai dari laut, darat, hingga udara memberondong kawasan penahanan pantai di bawah naungan ALRI 0032. Mendapat serangan mendadak ini, pasukan ALRI 0032 yang dikomandani Letnan Soelaiman tidak gentar. Mereka tidak mundur sedikit pun.
Dengan semangat juang yang menyala-nyala dengan dilandasi patriotisme yang tinggi, pasukan mencoba bertahan dari serangan dan sesekali melakukan perlawanan. Pertahanan pantai Banyuwangi masih belum bisa ditembus oleh Belanda hingga pukul 10.00.
Mengetahui benteng pertahanan pasukan ALRI 0032 sangat kokoh, akhirnya pukul 11.00, Belanda melancarkan serangan yang lebih dahsyat lagi. Pertarungan sengit pun tak bisa dihindari. Tembakan demi tembakan saling bersahutan, baik dari pihak musuh maupun dari pejuang.
Letnan Soelaiman yang menjadi pimpinan pasukan terus berjuang melawan aksi penjajah yang ingin menguasai Banyuwangi. Menggunakan persenjataan yang sudah sedikit modern, ALRI 0032 sempat membuat nyali dari penjajah ciut.
Tembakan senapan mesin pasukan ALRI 0032 berhasil menyulitkan posisi musuh. Namun, karena kalah jumlah pasukan dan serangan musuh yang memang terus bertambah dari segala arah, akhirnya Letnan Soelaiman menyiasati untuk mengubah taktik perlawanan.
Pasukan ALRI 0032 saat itu mulai menggunakan taktik gerilya. Taktik ini digunakan untuk mengelabuhi lawan yang melakukan serangan bertubi-tubi. Taktik gerilya dengan sembunyi- sembunyi ini juga bukan tanpa alasan. Letnan Soelaiman menggunakan taktik ini karena sadar akan amunisi mereka yang mulai menipis.
Akhirnya, sekitar pukul 16.30, sebanyak 21 pasukan ALRI 0032 tennasuk Letnan Soelaiman malah terjebak tidak bisa ke mana-mana karena posisinya terkepung oleh musuh. Tempat mereka terkepung tepat berada di sekitar Pantai Boom yang saat ini menjadi Tempat Makam Pahlawan (TMP) Wisma Raga Satria Pasukan ALRI.
Posisi mereka pun terdesak. Namun, semangat mempertahankan kemerdekaan tidak sedikitpun menghilang Mereka tetap semangat untuk tidak mengalah pada musuh. “Yang ada pada pikiran pasukan ALRI 0032 waktu itu hanya dua yaitu Merdeka atau Mati,” kata Sekretaris Legiun Veteran RI, Suwandi.
Kendati keberadaan mereka sudah diketahui oleh musuh, akhirnya ke-21 pejuang ini dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat di TMP Wisma Raga Satria. Di sana, pejuang tidak langsung di tembak mati. Penjajah meminta para pejuang untuk menggali sebuah lubang besar yang akan digunakan sebagai tempat makam mereka.
Tahu maksud dari Belanda ini bahwa mereka pasti dibunuh dengan tembakan. Pasukan ALRI 0032 yang dikomandani Letnan Soelaernan yang telah selesai membuat lubang besar dan siap untuk ditembak di dalam lubang meminta satu permintaan kepada Belanda.
“Sebelum ditembak, para pejuang minta kepada Belanda agar mereka diizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saat syair lagu kebangsaan Hiduplah Indonesia Raya, pasukan ini ditembak oleh penjajah dengan senjata Sten-Gun Kaliber 9 MM dari belakang,” kenang Suwandi.
Seluruh pasukan ALRI 0032 yang tersisa ini diberondong oleh penjajah. Tapi Tuhan berkehendak lain, meski sudah terlihat jelas terkena tembakan, tercatat ada enam pejuang yang bertahan hidup. Dari data yang diperoleh di tugu TMP Raga Satna di Pantai Boom, enam prajurit itu adalah Sersan Soecipto, Kopral soebandi, Prajurit satu Sahal, Prajurit Satu Soekima, Prajurit Satu Turmudi dan Prajurit Satu Karjono.
“Semua pelaku sejarah di titik TMP Raga Satria ini sudah wafat semua. Setahu saya ada yang masih hidup dari pasukan pertahanan pantai Banyuwangi di kawasan Desa Bangsring dulu, yakni warga Desa Kenjo, Glagah. Tapi beliau sudah tidak bisa diajak bicara,” jelas Suwandi.
Dalam buku Selayang Pandang Perang Kemerdekaan di Bumi Blambangan tulisan Sri Adi Oetomo yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi dari komunitas Banjoewangie Tempoe Doeloe (BTD) diceritakan, pasukan yang berhasil bertahan hidup itu memilih bertahan dulu di dalam lubang hingga malam hari.
Dengan sisa tenaga yang masih ada, mereka memilih merangkak dan berjalan mengendap-endap menuju Rumah Sakit Blambangan agar mendapatkan pertolongan. Di dalam buku itu juga diceritakan, sejatinya pasukan ALRI 0032 tidak kalah total.
Perlawanan heroik dari pasukan ALRl 0032 sejak pagi hari ini ternyata mampu memakan banyak korban jiwa dari pihak musuh. Oleh pihak musuh, mayat- mayat dari penjajah itu langsung dimasukkan ke dalam kapal laut dengan tujuan untuk menutupi kekalahan.
“Mungkin ini hanya akal-akalan Belanda saja biar tidak terlihat kalah,” kata Munawir, Ketua BTD. Karena wilayah pantai Banyuwangi sudah berhasil dikuasai musuh, akhirnya Belanda terus melanjutkan penjajahan ke arah Banyuwangi selatan.
Aksi perlawanan heroik dari pasukan ALRI 0032 ini memang sangat melegenda. Semangat perjuangan ini sempat menarik perhatian Presiden RI Soekarno. Tepatnya pada tahun 1951. Soekarno datang ke Banyuwangi. Untuk mengenang sejarah para pejuang, Soekarno membangun TMP Raga Satria dan melakukan pemugaran makam dengan bentuk bangunan berupa kapal laut.
Bahkan Sang Proklamator itu sempat membubuhkan tanda tangan di sebuah prasasti dan sebuah tulisan yang berbunyi “Hormatku Padamu Pahlawanku”. Semangat perjuangan dari pasukan ALRI 0032 ini hendaknya dijadikan tonggak semangat para pemuda di Hari Pahlawan 10 November ini.
Sekretaris Legiun Veteran RI. Suwandi menambahkan, kisah perjuangan pasukan ALRI 0032 ini bisa menjadi kebanggan bagi generasi penerus bangsa saat ini bahwa dalam hal berjuang tidak ada kata menyerah. “Untuk para pejuang yang telah gugur. Semoga arwah beliau diterima di tempat terindah di sisi Allah SWT,” pungkasnya.
Sementara itu, untuk mengenang nama-nama pahlawan lokal Banyuwangi, pemerintah menjadikan nama pejuang yang telah gugur untuk dijadikan nama jalan di jalan kampung belakang TMP depan Pemkab Banyuwangi seperti Jalan Kopral Talab, Jalan Letnan Sunyoto, Jalan Kapten Sarpan, Jalan Letnan Soelaiman, Jalan Kapten Sutaji, Jalan Mayor Supono Jiwo Taruno, dan jalan Kapten Waroka.
Nama pejuang lain yang dijadikan jalan adalah Jalan Letkol lstiqlah di Kelurahan Penataban dan Jalan Kapten Ilyas samping Masjid Agung Baiturrahman. (radar)