KALIPURO – Ratusan warga berbondong-bondong datang ke mata air tawar di Pantai Watudodol Jumat malam lalu (23/10). Mereka menjalani kegiatan tahunan mandi air kembang di mata air Watudodol pada malam 10 Suro kalender Jawa.
Ratusan warga tersebut merupakan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Yayasan Al-Hikam, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Mereka mandi di sumber air itu untuk menolak bala serta menyucikan jiwa dan raga di bulan Suro.
Kegiatan mandi itu dilaksanakan sejak sore. Oleh karena itu, ratusan santri sudah mulai berdatangan ke Pantai Watudodol sejak sore hari. Acara diawali dengan melakukan larungan. Setelah melakukan prosesi larungan, seluruh santri kembali pulang ke rumah masing-masing.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan istighotsah bersama di Ponpes Yayasan Al-Hikmah di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. sejak pukul 22.00. Usai melakukan istighotsah, seluruh santri yang datang dari berbagai daerah di Indonesia itu melakukan prosesi terakhir.
Ada yang berasal dari Bojonegoro, Semarang, Jakarta, Bali, dan kota lain. Prosesi terakhir yang mereka jalani adalah mandi di mata air tawar di Pantai Watudodol. Selain santri, ada juga beberapa warga sekitar yang hadir. Dengan telanjang dada warga dan santri itu menunggu guyuran air dari pengasuh Ponpes Yayasan Al-Hikam, yakni KH. Mas Saifullah Ali Bagiono sejak pukul 24.00.
Menurut Pengasuh Ponpes Yayasan Al-Hikmah, KH Mas Saifullah Ali Bagiono, kegiatan itu dilakukan untuk menyambut tahun baru Islam. Sesuai kitab kuno, di bulan Suro sangat perlu sekali diadakan ruwatan nusantara seperti yang dilakukan pada Jumat malam itu.
“Kita mendoakan agar Indonesia di selamatkan dari malapetaka. Pemerintahan yang baru mudah- mudahan memberikan perubahan berupa kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Saat ditanya terkait ritual mandi di sumber air tawar Watudodol, Bagiono mengatakan hal itu untuk membersihkan jiwa dan raga manusia.
Mandi kembang air tawar itu juga bertujuan agar dalam setahun mendatang berjalan lancar, mulai urusan rezeki, kesehatan, hingga terhindar dari bahaya. “Mandi kembang air tawar Watudodol ini sebagai simbol motivasi diri bahwa keilmuan yang diajarkan adalah sah,” pungkasnya.
Sementara itu, dalam prosesi mandi kembang di air tawar Watudodol itu berlangsung tengah malam sekitar pukul 24.00. Tentu saja Pantai Watudodol yang biasanya sepi pada malam hari itu berubah menjadi ramai. Sekitar 200 orang lebih berkumpul di mata air tawar di Pantai Watudodol. Mereka hanya telanjang dada dan menunggu air disiramkan oleh pengasuh ponpes. (radar)