Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Perantau Kumpul Mengenang Masa Kecil

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Pendapa Sabha Swagata Blambangan jadi lokasi temu kangen para perantau asal Banyuwangi (diaspora) kemarin. Para perantau itu tak hanya berkiprah di kota-kota di Nusantara. Ada juga perantau yang berkiprah luar negeri, seperti Taiwan dan Malaysia.

Tak ketinggalan, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya yang merupakan putra asli Banyuwangi hadir pada acara tersebut. Pada pembukaan acara, para perantau tersebut langsung dihibur dengan lantunan lagu Ulan Andung-andung yang diiringi musik gamelan Banyuwangi.

Para diaspora yang mendengarkan lagu itu tampak begitu senang. Setelah itu, mereka dihibur tari jejer gandrung yang menjadi tarian penyambut tamu. Selanjutnya, Danang tampil menyanyikan lagu Tanah Kelahiran. Ratusan diaspora tampak ikut bernyanyi.

Mereka membaca lirik lagu itu  melalui LCD di Pendapa Sabha  Swagata Blambangan. Mereka pun hanyut dalam lagu yang sedikit-banyak mewakili kisah para diaspora di tanah rantau itu. “Saya sangat terharu menyanyikan lagu ini. Benar-benar teringat masa kecil kita dulu.

Apalagi, yang membawakan lagu itu Danang dengan suaranya yang merdu,” ujar Tri Agung, perantau asal Jakarta. Usai menyanyi, pemkab memutar video pariwisata berjudul Banyuwangi Paradise. Para diaspora tampak semakin senang dengan perkembangan pariwisata yang ditunjukkan dalam video berdurasi sekitar lima menit itu.

Selanjutnya, Bupati  Abdullah Azwar Anas mengatakan, pertemuan diaspora Banyuwangi sudah tiga tahun terakhir ini diselenggarakan. Kegiatan itu menjadi ajang melepas kangen sekaligus menjaring masukan un tuk pembangunan daerah. Dengan perkembangan Banyuwangi saat ini, Bupati Anas mengatakan bahwa masyarakat  tidak malu lagi dengan predikat masyarakat Oseng.

“Perkembangan Banyuwangi saat ini tidak lepas dari dukungan masyarakat yang mau mendukung program pemerintah. Kita juga mengharapkan para diaspora membantu memasarkan Banyuwangi di luar sana,” kata Anas. Anas menambahkan, diaspora Banyuwangi adalah jembatan untuk memasarkan potensi produk dan wisata daerah.

Para warga Banyuwangi di berbagai daerah tetap bisa berkontribusi untuk pengembangan daerah, misalnya yang berprofesi sebagai pengusaha bisa membangun jejaring pemasaran dengan pengusaha di Banyuwangi. Selanjutnya, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya mengatakan,  temu diaspora tersebut dapat menjadi tradisi silaturahmi dengan keluarga besar masyarakat Banyuwangi.

“Dengan diaspora seperti ini kita bisa bersama-sama memikirkan cara berkontribusi untuk tanah  kelahiran Banyuwangi,” ujarnya. Sementara itu, para diaspora dijamu kuliner khas Banyuwangi, seperti rujak soto, pecel rawon, dan kue-kue kering di halaman belakang pendapa.

Mereka pun berkomunikasi satu dengan yang lain. “Ini  acara sangat cerdas, bukan sekadar bertemu dan saling melepas kangen, tapi memiliki visi-misi yang  jelas. Tujuan nya sangat mengena bagi siapa pun. Saya dua kali ikut temu diaspora, kemasannya bagus, tidak membosankan. Apalagi kulinernya,” kata Romo Sabbas Sudiyono, pastor Gereja Kaholik  Genteng.(radar)