BANYUWANGI – Potensi gangguan jiwa di Banyuwangi tidak hanya didominasi kalangan usia dewasa. Usia produktif pun sudah mulai terjangkiti penyakit yang satu ini. Hingga kemarin, dari 14 penghuni panti inap di Poli Kejiwaan Puskesmas Licin, satu pasien di antaranya masuk kategori remaja atau anak-anak.
Kepala Puskesmas Licin Khalid menuturkan, penyebab pasien gangguan jiwa yang mendapat perawatan di poli beraneka ragam. Namun, kebanyakan dipicu faktor tekanan ekonomi. “Kebanyakan dari mereka berasal dari kategori orang tidak mampu,” katanya.
Khusus untuk pasien berusia remaja atau anak-anak, lanjul Khalid, ada banyak penyebab. Selama tahun 2015, klinik gangguan jiwa di Puskesmas Licin mencatat 19 kasus remaja yang mengalami gangguan kejiwaan.
Angka penderita pasien berkategori stres ini meningkat hingga 5 orang di tahun 2016. Mereka kebanyakan merupakan pasien rawat jalan pada klinik gangguan jiwa tersebut. Banyak dari mereka merupakan penderita depresi alias stres.
Penyebab utamanya adalah mereka yang terpisah dari orang tuanya. Penyebabnya beragam, mulai orang tuanya menjadi tenaga kerja di luar negeri hingga perceraian.
Efek sampingnya anak menjadi kurang kasih sayang orang tua dan minim perhatian. Alasan kedua adalah narkoba dan penyalahgunaan obat. Disinggung soal adanya potensi gangguan jiwa akibat gadget, Khalid mengaku belum menemukan kasus itu di tempatnya.
Disisi lain, psikolog Puskesmas Licin Yulianah menilai potensi gangguan jiwa akibat gadget sejauh ini belum ada. Namun, bisa jadi itu sebatas pecandu alias ketagihan khususnya bagi pecinta permainan atau gamer.
“Kalau gangguan akibat gadget belum ada mungkin sejauh ini. Tapi kalau kecanduan hingga depresi karena efek permainan bisa jadi ada. Tapi belum ada temuan untuk itu,” bebernya.
Dijelaskan, stres atau depresi pada kalangan remaja atau anak anak biasanya disebabkan tuntutan pola dan gaya hidup remaja saat ini. Mereka yang cenderung ingin bergaya modern tanpa didukung ekonomi yang memadai membuat kalangan remaja rentan mengalami tekanan batin.
Selain itu tekanan terhadap pendidikan juga bisa menyebabkan remaja mengalami gangguan jiwa. “Tapi dari sekian banyak, yang dominan sebagai penyebabnya faktor ekonomi dan orang tuanya yang jadi TKI tadi,” pungkasnya. (radar)