Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Turis Padati Pelabuhan Ketapang, Pengusaha Rent Car Kebanjiran Order

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Erupsi Gunung Agung yang berdampak pada dibatalkannya beberapa maskapai penerbangan, membuat penumpukan para wisatawan di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Beberapa wisatawan yang turun dari Kapal Motor Penumpang (KMP) banyak yang menunjukkan wajah lelahnya karena duduk di kursi bus.

KRIDA HERBAYU, Kalipuro

Mendung masih terus menyelimuti perairan Selat Bali sejak tiga hari lalu. Ombak yang tidak begitu deras membuat perjalanan kapal dari Ketapang menuju Gilimanuk atau sebaliknya menjadi lancar. Penumpang kapal pun merasa nyaman dengan perjalanan selama satu jam tersebut.

Siang itu, penumpang kapal menuju Gilimanuk didominasi turis asing. Mereka kebanyakan start dari Juanda Surabaya. Dari Juanda ke Ketapang diangkut bus, travel, dan mobil carteran. Para turis tersebut merupakan ”korban” dari erupsi Gunung Agung.

Mereka sejatinya hendak ke Bali lewat perjalanan udara dari Juanda menuju Bali. Berhubung Bandara Ngurah Rai ditutup sejak tiga hari lalu, mereka akhirnya menempuh perjalanan ke Bali lewat darat. Sebaliknya, yang dari Bali ke Surabaya juga diangkut menggunakan kendaraan roda empat.

Siang kemarin, barisan turis yang turun dari kapal memadati lorong khusus pejalan kaki pelabuhan ASDP Ketapang. Dengan membawa koper, mereka berjalan menyusuri lorong menuju pintu keluar Pelabuhan Ketapang.

Turis yang berasal dari berbagai negara itu mulai letih dan lesu akibat terlalu lama menempuh jalur darat. Di pelabuhan yang menghubungkan dua pulau itu pun dipenuhi ratusan wisatawan asing yang baru menyeberang dari pelabuhan Gilimanuk dan sebaliknya. Mereka bertujuan untuk pulang ke negaranya dan ada pula yang akan menuju Pulau Bali untuk melengkapi sisa liburannya.

Tidak hanya ke Juanda, sebagian turis juga memilih melanjutkan perjalanan menuju Bandara Banyuwangi. Dari Ketapang, mereka naik roda empat menuju bandara kebanggaan warga Banyuwangi. Selanjutnya, dari Bandara Banyuwangi mereka terbang menuju Surabaya atau langsung ke Jakarta.

Sopir mobil sewaan, Ali Hasan, 32, mengaku jika sudah dua hari ini banyak turis asing yang menyewa mobilnya. Kebanyakan turis asing tersebut ingin menuju ke Bandara Juanda, Surabaya. Mereka rela menempuh perjalanan darat karena tidak ada alternatif lain lagi. ”Satu mobil saya sewakan seharga Rp 1 juta untuk tiga hingga empat orang penumpang,” ujar Hasan.

Dalam satu hari dia sanggup mengantarkan tamu dua hingga tiga kali trip. Erupsi Gunung Agung menjadi berkah tersendiri bagi sopir mobil rental. ”Kalau turis tidak ada yang menawar. Tapi saya juga tidak menarget dengan harga yang selangit takut mereka kaget dan kecewa,” ucap Hasan.

Beberapa turis asing banyak yang menggunakan jasa mobil rental, sedangkan turis back packer menggunakan jasa transportasi kereta api. ”Saya akan pulang menuju Prancis. Karena penerbangan internasional Bali dihentikan, saya beralih lewat jalur darat menuju Bandara Internasional Juanda, Surabaya,” jelas Toms Alliard, turis asal Prancis.

Toms mengaku jika perjalanan dari Denpasar menuju Surabaya sangatlah lama. Akan tetapi tidak ada pilihan lain terpaksa dia harus menempuh jalur darat untuk pulang kampung ke Prancis. ”Saya beserta ketiga teman saya terpaksa menempuh jalur darat. Dari pada saya tertahan lama di Indonesia karena erupsi Gunung Agung yang semakin parah,” kata Toms.

Beberapa turis yang akan menuju Bali juga merasakan hal yang sama. Mereka mengambil alternatif jalur darat juga merasa kelelahan. Para turis mengaku banyak kehilangan waktu dan lama berada di dalam perjalanan. Selain mengganggu jadwal, biaya untuk kebutuhan makan juga semakin membengkak.

”Tujuan saya ke Bali untuk berlibur. Namun sekarang dialihkan ke jalur darat jadi semakin lama. Sedangkan jatah libur saya di Bali cuma empat hari,” ungkap Cholin, 30, turis asal Australia.

Erupsi Gunung Agung memiliki keuntungan dan kerugian bagi beberapa pihak. Namun saat ini banyak turis yang menyayangkan perjalanan darat yang dirasa terlalu lama.