Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sepi Tangkapan, Nelayan Pulang dengan Cool Box Kosong

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Empat nelayan berjalan sambil mendorong gerobak bermuatan mesin kapal dan cool box (kardus wadah ikan) di Jalan Blimbingsari, Banyuwangi, kemarin.

BLIMBINGSARI – Akhir-akhir ini, nelayan di pesisir yang dikenal sebagai salah satu jujugan wisata dengan pesona ikan bakarnya mengalami masa sulit dalam mencari ikan. Sejumlah nelayan sering kali pulang melaut dengan hasil tangkapan yang sangat minim.

Salah seorang nelayan, Salimin (70) warga RT 2, RW 1 Dusun Bantengan, Desa/Kecamatan Blimbingsari mengatakan, saat ini tangkapan ikan yang diperoleh sangat sedikit.

“Jika dihitung dengan biaya melaut, hasil yang didapat sangat tipis. Sekali melaut hanya dapat 5 kilogram (kg) ikan, ini sangat kecil,” jelasnya.

Salimin menjelaskan, sekali berangkat melaut, mereka mengeluarkan biaya 5 liter Pertamax. Padahal, harga ikan jenis teribang sekitar Rp 20 ribu per kg, ikan jenis putihan Rp 30 ribu per kg, dan harga cumi-cumi Rp 35 ribu per kg. Jika hasil tangkapan yang diperoleh hanya 5 kg, maka uang yang didapat tidak cukup untuk mengganti ongkos tenaga.

“Kita kerja melaut sekitar tiga jam, kalau dapat cuma seperti ini, ya memang rugi,” ucapnya.

Untuk mengurangi kerugian, sebagian nelayan memilih melakukan kegiatan di rumah. Sebagian nelayan memilih bekerja menjadi buruh tani. “Ya kalau ada kerjaan matun ya ikut,” terangnya.

Tidak hanya itu, tangkapan yang mereka dapatkan bahkan tidak mencukupi untuk kebutuhan ikan bakar di Pantai Blimbingsari. Selama ini, para pemilik warung ikan bakar lebih sering membeli ikan dari wilayah Kecamatan Muncar atau daerah lain seperti Probolinggo. “Mereka beli ikan dari luar daerah,” kata Salimin.

Kepala Desa Blimbingsari Mubirudin mengungkapkan, secara umum saat ini tangkapan ikan memang menurun di wilayahnya. “Saya amati sejak 10 tahun ini memang menurun,” terangnya.