BANYUWANGI – Coffee has now become a leading commodity supporting the tourism sector in Banyuwangi. Semakin banyak wisatawan yang berburu kopi Banyuwangi maupun berwisata melihat kebun kopi beserta pengolahannya.
Untuk meningkatkan daya saing berbagai pelaku usaha kopi, Banyuwangi menggelar pelatihan pemrosesan kopi. Even, anak-anak usia sekolah dasar pun sudah diperkenalkan dengan pemrosesan kopi.
Tuesday afternoon (16/10/2018), puluhan anak SD memadati Rumah Kreatif Banyuwangi, tempat pelatihan digelar. Mereka dengan antusias langsung melihat-lihat berbagai alat pemroses kopi yang ada di sana. Mulai dari mesin roasting, pengupas kopi (pulper), mesin sortasi (pengayak biji), grinder penggiling kopi (grinder), hingga alat pengupas kulit ari kopi tradisional. Acara itu digelar dalam rangkaian Coffee Processing Festival yang digelar Selasa-Rabu (16-17/10/2018) di Rumah Kreatif Banyuwangi.
“Om, apa bedanya alat ini sama yang itu. Kan sama-sama ada jadi kopi,” tanya Bima, salah seorang pelajar SD di Banyuwangi, kepada Reza, sang barista. Bima menanyakan mesin penyeduh kopi otomatis dan alat seduh kopi metode pour over.
Dengan sabar, Reza langsung menjelaskan kegunaan masing-masing alat dimaksud. Bahkan Reza juga mengajarkan anak-anak tersebut cara menuangkan air panas saat menyeduh kopi.
Coffee Processing Festival tersebut diikuti ratusan peserta yang terdiri atas pekebun kopi, industri kecil menengah (SMEs) dan pelaku usaha kopi lainnya. Mereka dikenalkan proses pengolahan kopi pasca panen yang bisa menghasilkan kopi kualitas terbaik. Seperti identifikasi kopi, perambangan, sortasi, pulper, pengeringan hingga honey process.
Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas mengatakan, tradisi meminum kopi saat berkumpul bersama kolega atau kerabat memberi banyak manfaat ekonomi.
“Kopi kini menjadi komoditas yang sangat menjanjikan, apalagi potensi Banyuwangi sangat besar. Selain dipasarkan di kafe-kafe atau warung kopi, sudah banyak pula kopi Banyuwangi yang laris dijual secara online. Therefore, perlu dikenalkan ke anak-anak proses bagaimana menghasilkan kopi yang baik,” said Anas.
Selama dua jam di lokasi, anak-anak tersebut terlihat gembira dengan semua proses yang dikenalkan. Mereka terlihat mencoba sejumlah alat. Ada yang mencoba mesin pulper kopi manual, ada yang sorak sorai melihat kulit kopi beterbangan saat mesin roaster beroperasi. “It's fun, hujan kopi,” teriak mereka kegirangan.