Belasan Warga NU Datangi Polres
BANYUWANGI – Aksi warga berunjuk rasa menolak tambang emas di Tumpang Pitu berbuntut panjang. Dalam spanduk demo yang dilakukan warga pada Selasa lalu (4/4) muncul logo bergambar palu arit yang disebut-sebut sebagai simbol PKI.
Munculnya logo tersebut memicu kemarahan berbagai elemen masyarakat. Kemarin (7/4), belasan kader Nahdhatul Ulama (NU) mendatangi Mapolres Banyuwangi. Mereka mendesak kepolisian untuk mengusut dalang pemasangan logo PKI dalam spanduk tersebut.
“Kami meminta agar kepolisian tegas dan bertindak nyata terkait persoalan ini, jangan sampai berlarut-larut. Sebagai bangsa kita sudah sepakat bahwa PKI adalah musuh bersama, musuh megara,” tegas perwakilan NU dari Pesanggaran, Gus Mubarok.
Belasan kader NU datang ke Polres sekitar pukul 10.00. Mereka dipimpin Wakil Ketua PCNU Banyuwangi, Nanang Nur Ahmadi dan Ketua MWCNU Pesanggaran Makinudin. Hadir juga Ketua Forum Silaturahmi Kader Ansor dan NU (FOSKANU) Abdillah Rafsanjani.
Selama di Polres, mereka diterima Kasat Intelkam Polres Banyuwangi AKP Bambang TB. Nanang Nur Ahmadi mengatakan, kedatangannya ke Polres Banyuwangi untuk mengadukan munculnya logo palu arit dalam pada spanduk unjuk rasa anti tambang tersebut.
“Kami meminta aparat kepolisian segera menindak lanjuti hal itu. Sebagai bukti pengaduan kami lampirkan bukti berupa rekaman dan foto adanya logo palu arit,’’ tegas Nanang. Sebagai anak bangsa, lanjut Nanang, PCNU bersama umat siap menjadi garda terdepan akan mendukung aparat kepolisian untuk menumpas gerakan komunis yang ada di Indonesia khususnya di Banyuwangi.
“PKI adalah organisasi terlarang di negara kita, musuh bersama,” tandasnya. Abdillah Rafsanjani menambahkan, pengaduan ini dilakukan untuk mencegah adanya konflik horisontal di Pesanggaran. Jika ditarik kebelakang, pernah terjadi pembakaran, pembongkaran dan pemaksaan kehendak. Menurutnya hal itu adalah ciri komunis jika ada keinginan yang tidak tercapai.
“Karena itu dengan munculnya logo palu Arit, kita kaitkan jangan-jangan memang ada komunis yang bermain di belakang ini,” ungkapnya. Awalnya NU menganggap demonstrasi tersebut adalah hal lumrah. Bagi NU demonstrasi adalah aktivitas yang dijamin Undang-undang.
Keresahan baru muncul saat masyarakat merasa resah atas penggunaan logo PKI. Kemunculan logo tersebut berbahaya dan dikhawatirkan menjadi indikasi kebangkitan komunisme di Banyuwangi. Aksi menolak penambangan emas di Gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran kembali disuarakan oleh warga sekitar.
Dalam aksi itu, mereka memasang spanduk yang berisi penolakan tambang emas, Selasa (4/4). Aksi yang dipelopori Budi Pego itu diawali dengan memasang spanduk yang dibentangkan di jalan tikungan depan gerbang masuk wisata Pulau Merah, Dusun Pancer, Desa Sumberagung. Aksi itu berlangsung hingga sore dengan jalan menuju kantor Kecamatan Pesanggaran.
“Warga tetap menolak tambang emas, kini semakin meresahkan,” cetus koordinator lapangan (Korlap) aksi, Budi Pego kala itu. Wakapolres Banyuwangi Kompol Mohamad Yusuf Usman ketika dihubungi tadi malam mengaku masih berada di Surabaya. Dia tidak berani berkomentar terkait desakan warga NU tersebut.
“Waduh jangan saya, Mas. Langsung saja ke Pak Kapolres,’’ ujarnya. Kapolres Banyuwangi AKBP Agus Yulianto juga belum berhasil dihubungi. Namun, ketika ditanya wartawan usai salat Jumat kemarin (7/4), Kapolres juga tidak mau komentar. Namun, informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, Satreskrim telah mem bentuk tim untuk menangani pengaduan warga NU tersebut. (radar)