Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Rayakan Nyepi, Desa Patoman Lengang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

 Kondisi-perkampungan-Dusun-Patoman-Tengah,-Desa-Patoman,-Kecamatan-Rogojampi,-sepi-dari-aktivitas-warga-kemarin.

ROGOJAMPI – Hari Raya Nyepi tahun baru caka 1938 sangat terasa di Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi.  Sejak pagi kampung yang sebagian besar penduduknya penganut Hindu itu tidak terlihat  ada aktivitas warga sama sekali.

Hampir semua rumah di kampung itu tertutup rapat. Bahkan, jalan masuk menuju perkampungan  ditutup dan diberi palang dari bambu. Itu dilakukan agar warga tidak sembarangan keluar dan masuk ke perkampungan  warga yang sedang melakukan catur brata penyepian.

Meski tidak ada penjagaan ketat pecalang atau keamanan umat Hindu, hampir seluruh jalan sepi dari aktivitas  warga. “Warga sudah paham kita  sedang melaksanakan nyepi,” ujar Gede Wijana, 47, salah satu warga yang ditemui  Jawa Pos Radar Genteng di teras rumahnya  kemarin (9/3).

Menurut Gede Wijana, dari 250 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman, mayoritas beragama Hindu. Sehingga, jika Hari Raya Nyepi tidak ada satu pun warga yang keluar rumah.

Sebab, mereka harus melaksanakan catur brata penyepian, diantaranya amati geni (tidak boleh nyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak berpergian), amati lelanguan (tidak  boleh bersenang-senang).

Catur brata penyepian itu mengingatkan agar manusia belajar pengendalian diri. Sehingga, umat Hindu bisa fokus dan  berkonsentrasi dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati diri) melalui perenungan dan meditasi. “Kalau ke luar rumah akan ditegur pecalang,” katanya. (radar)