Langsung Jalani Rehab Mental di Loka Bina Karya
BANYUWANGI – Suasana pilu mewarnai penyambutan 18 (bukan 17) warga Banyuwangi eks pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sore kemarin (26/1). Setelah menempuh perjalanan darat dari Surabaya selama 6,5 jam, rombongan yang diangkut tiga minibus tersebut sampai Banyuwangi.
Rombongan yang terdiri atas bapak, istri, dan anak, itu langsung menuju Loka Bina Karya Penderita Cacat (LBK-Paca) yang beralamat di Jalan Brawijaya, Banyuwangi. Begitu turun dari mobil, satu per satu rombongan disalami pejabat.
Ada yang mengelus rambut dan menyalami. Bahkan, sejumlah wartawan yang ikut nyanggong kedatangan rombongan eks Gafatar itu juga trenyuh. “Kasihan mereka diusir dari Kalimantan Barat. Sebagai warga Banyuwangi, kita ikut prihatin. Bagaimana pun juga mereka adalah sau dara kita,’’ ujar seorang wartawan televisi kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi.
Dari 18 eks anggota Gafatar tersebut, 12 jiwa di antaranya masih bawah umur. Ke 18 orang itu, antara lain pasangan suami istri (pasutri) Paino Adi Susanto, 41, dan Jumiati, 39. Pasutri asal Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, itu membawa tujuh anaknya bergabung dengan kelompok Gafatar yang bermarkas di Kalimantan sejak November lalu.
Selain pasangan Paino-Jumiati, eks pengikut Gafatar yang tiba di Bumi Blambangan kemarin adalah pasutri Komari, 40, dan Dopiah, 28, beserta tiga anak mereka. Komari dan Dopiah tercatat sebagai warga Dusun Muncar, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar.
Satu keluarga lain yang juga kembali ke Banyuwangi setelah bergabung dengan kelompok yang dipimpin Ahmad Musadeq tersebut adalah Warni, 28, dan Desi, 24, serta dua anak mereka. Pasutri yang satu ini tercatat sebagai warga Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar.
Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, kedatangan rombongan eks anggota Gafatar itu disambut jajaran Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans); Majelis Ulama Indonesia (MUI); Kantor Kementerian Agama (Kemenag); dan aparat TNI/Polri. Kepala Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, M. Abdurrahman.
Kepala Dinsosnakertrans Banyuwangi, Syaiful Alam Sudrajat, mengatakan para mantan anggota Gafatar itu akan ditampung di LBK-Paca selama sepekan ke depan. “Selama berada di penampungan, mereka akan diberi pembinaan,” ujarnya.
Dikatakan, salah satu pembinaan yang akan diberikan kepada warga yang sempat “tersesat” itu adalah wawasan kebangsaan. Dinsos menggandeng pihak Polres, Kodim, dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol), untuk memberikan pembekalan wawasan kebangsaan tersebut.
“Mereka juga akan mendapat pembekalan agama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kemenag,” kata dia. Untuk mengembalikan kondisi psikis anak-anak eks anggota Gafatar, imbuh Alam, pihaknya juga menggandeng psikiater untuk memberikan pendampingan.
“Anak-anak akan diberi treatment khusus untuk menghilangkan rasa depresi yang sempat mereka alami,” cetusnya. Alam menambahkan, pendampingan tidak hanya diberikan saat para mantan anggota Gafatar itu berada di penampungan. Pendampingan serupa tetap akan diberikan ketika mereka sudah dikembalikan kepada pihak keluarga dan membaur bersama masyarakat.
“Selanjutnya, pendampingan dilakukan camat, kepala desa (kades), hingga ketua RT,” tuturnya. Dikonfirmasi di lokasi yang sama, Ketua MUI, M. Yamin, mengatakan setelah tiba di Banyuwangi kemarin, hal utama yang perlu dilakukan adalah memberikan cukup waktu agar kejiwaan para eks anggota Gafatar tersebut tenang.
Setelah itu, MUI akan memberikan pembinaan keagamaan untuk meluruskan pemahaman mereka. “Pengaruh yang mereka terima selama di sana (kamp Gafatar) harus dihilangkan,” ujarnya. Yamin menambahkan, bagaimanapun para eks anggota Gafatar tersebut adalah anak bangsa. Karena itu, mereka harus diterima kembali dengan baik.
“MUI akan memberikan pembekalan keagamaan kepada mereka,” terangnya. Sementara itu, hal mengejutkan diutarakan Kades Kedungrejo, M. Abdurrahman. Dikatakan, Komari dan keluarganya berangkat ke Kalimantan tanpa tujuan yang jelas sekitar empat bulan lalu.
Meski demikian, sebelum meninggalkan Banyuwangi, Komari pamit baik-baik kepada keluarganya. “Komari dan istrinya pamit ke Kalimantan tanpa tujuan jelas. Mungkin dia tergiur pergi ke sana karena diiming-imingi lahan,” duganya.
Abdurrahman mengaku bahagia warganya tersebut kembali ke Banyuwangi dengan keadaan selamat. Bahkan, dia mengaku siap menerima Komari bersama keluarganya. “Kalau memang diperbolehkan, hari ini (kemarin) pun kami siap membawa mereka pulang,” ucapnya.
Sayang, wartawan koran ini tidak dapat mengorek keterangan langsung dari para mantan anggota Gafatar tersebut. Sebab, setelah tiba di LBK-Paca, mereka langsung ditempatkan di aula yang telah dilengkapi kasur lesehan. “Teman-teman wartawan tolong biarkan saudara-saudara kita ini tenang dahulu,” ujar seorang petugas. (radar)