Diangkat ke Daratan, Badan Kapal Retak
KALIPURO – Setelah tiga belas hari karam, kapal landing craft tank (LCT) Putri Sri Tanjung I akhirnya berhasil diangkat ke daratan, kemarin. Setelah dievakuasi, kapal bercat biru yang menjadi aset Pemkab Banyuwangi itu kabarnya akan dilelang karena tak lagi bisa dioperasikan.
Direktur PT. Pelayaran Banyuwangi Sejati (PBS) Wahyudi menjelaskan, pengangkatan LCT Putri Sritanjung I yang berada di dermaga beaching Pantai Bulusan dimulai sejak Sabtu (18/6) pukul 11.00. Dengan bantuan lima pompa air disertai pipa ukuran 8 dim, air yang berada di lambung kapal dipompa terus menerus hingga siang hari.
Proses evakuasi ditambah dengan bantuan balon yang dipasang untuk membantu supaya badan kapal terangkat dengan cepat. “Kita harus hati-hati waktu mengangkatnya. Beberapa sekat yang ada di kapal harus kita kontrol supaya tidak patah waktu di angkat,” terang Wahyudi.
Pukul 19.00, 2/3 bagian dari kapal sudah bisa terangkat. Kemudian kapal pun ditarik hingga nyaris seluruh bagian tubuhnya berada di daratan. Sebagian dari buritan kapal tidak bisa terangkat seluruhnya. Jika semua bagian diangkat akan memakan tempat yang cukup banyak. Sedangkan lokasi yang digunakan untuk meletakkan badan kapal terbatas.
“Secara keseluruhan kondisi kapal masih terbilang utuh,’’ kata Wahyudi. Pengamatan Jawa Pos Radar Banyuwangi, tampak ada patahan di bagian tengah kapal. Meski diangkat dalam keadaan utuh, ada banyak korosi di bagian tubuh kapal. Terutama karena lamanya badan kapal terbenam di laut.
Terkait nasib LCT Putri Sri Tanjung I, manajemen PBS akan menyerahkan kembali kepada pemilik aset. Menurut Wahyudi, PT. PBS hanya sebatas penyewa. “Kapal akan kita kembalikan ke pemilik aset. Kami menyarankan supaya dilelang atau dijual saja. Sebab, melihat kondisi kapal saat ini butuh anggaran yang terlalu besar jika ingin memperbaiki,” tandas mantan anggota DPRD Banyuwangi itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, kapal LCT Putri Sri Tanjung I yang sudah lama mangkrak di dermaga beaching Pantai Bulusan, Kalipuro, karam pada Rabu malam kemarin (8/6). Beruntung, karam nya kapal yang dikelola PT. PBS itu tidak menelan korban jiwa karena kapal itu tak berpenghuni.
Dugaan sementara, karamnya kapal milik Pemkab Banyuwangi itu akibat dihantam ombak besar. Informasi yang diperoleh, ombak menghantam buritan kapal sejak Rabu pagi (8/6). Karena hantaman ombak semakin kuat, air laut semakin banyak yang masuk ke dalam buritan. Lantaran berat sebelah, pukul 20.30 kapal itu karam dengan posisi buritan berada di dasar laut dan miring 45 derajat.
Karamnya kapal yang sudah banyak memakan tumbal “pejabat” ini mengundang reaksi keras dari kalangan DPRD. Wakil rakyat sepakat membentuk pansus setelah melakukan audiensi dengan karyawan PT. PBS Rabu lalu (8/6).
Dalam audiensi tersebut terungkap karyawan PT. PBS hanya menerima separo gaji sejak Desember 2015. Bahkan, sejak dua bulan terakhir, karyawan yang bertugas di LCT Putri Sri Tanjung I sama sekali belum menerima gaji. Di hadapan para wakil rakyat, perwakilan karyawan PT. PBS mem beberkan sejumlah “kebobrokan” pengelolaan PT. PBS, misalnya menyangkut perawatan kapal.
Hal itu menjadi salah satu pemicu satu kapal yang dikelola PT. PBS, yakni LCT Putri Sri Tanjung I stop beroperasi sejak beberapa bulan terakhir. Kapal hanya dilakukan perawatan jika rusak. Akibatnya, umur ekonomis kapal tidak maksimal.
Padahal, di Selat Bali ada kapal lain yang berumur 30 tahun masih bisa beroperasi dengan baik. Permasalahan yang membelit PT. PBS memuncak ketika kapal LCT Sri Tanjung yang disandarkan di kawasan Pelabuhan Ketapang karam Rabu malam lalu (8/6). Sejumlah pihak menuding kapal yang dibeli dengan uang rakyat Banyuwangi itu karam lantaran sistem pengelolaan PT. PBS amburadul. (radar)