Jalani VCT, Hasilnya Negatif Terinfeksi HIV
KALIPURO – Pemeriksaan voluntary counseling and testing (VCT) untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS di Banyuwangi terus digencarkan. Kali ini digelar pemeriksaan VCT untuk para karyawan pelabuhan dan seluruh pekerja di unsur pelabuhan. Dari 30 peserta VCT, semua dinyatakan negatif terinfeksi HIV.
Kegiatan rutin VCT itu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS di wilayah pelabuhan agar tidak semakin meluas. Selain itu, VCT untuk mendeteksi apakah ada karyawan dan pekerja pelabuhan yang terjangkit HIV/AIDS.
Pelabuhan Tanjung Wangi merupakan salah satu pelabuhan yang dipilih sebagai pilot project pemeriksaan VCT di Jawa Timur setelah Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pengelola Program KPA Wilayah Pelabuhan, Tunggul Herwanto, mengatakan pemeriksaan VCT di pelabuhan sangat penting dilakukan.
Sebab, wilayah pelabuhan sangat rentang penularan HIV/AIDS. Berdasar survei yang telah dilakukan, penularan penyakit HIV/AIDS di pelabuhan disebabkan hubungan seks tidak sehat. Berdasar survei KPA dan Dinkes, dari 50 orang yang berprofesi sebagai tenaga kerja bongkar-muat (TKBM) pelabuhan, 68 persen memilih berhubungan seks tidak dengan istrinya alias jajan.
Dari jumlah tersebut, hasil survei menyebutkan ada sekitar 42 persen TKBM jajan tidak menggunakan kondom. ”Dari 50 sopir truk di pelabuhan yang kita periksa, 90 persen berhubu ngan seks tidak dengan istri dan 74 persen tidak memakai kondom.
Seks yang tidak sehat itu bisa memicu penularan penyakit HIV/AIDS, makanya kasus ibu rumah tangga yang terjangkit penyakit menular saat ini tertinggi di Banyuwangi,” ungkap Tunggul. Dia menambahkan, para pekerja di lingkup pelabuhan memilih berhubungan seks tidak dengan istri juga banyak alasan.
Alasan yang paling mendasar mereka jajan lantaran mobilitas pekerjaan di pelabuhan sangat padat. Jadi, waktu bertemu istri di rumah sangat sedikit. ”Seks ini kan kebutuhan, karena mereka jarang bertemu istri, makanya mereka memilih berhubungan seks tidak dengan istri,” tambahnya.
Adanya pekerja seks komersial (PSK) yang masih beroperasi di seputar pelabuhan juga menjadi pemicu para pekerja di pelabuhan lebih suka jajan. Prostitusi di wilayah pelabuhan memang sudah terjadi di mana-mana. Tidak hanya kawasan pelabuhan, prostitusi juga sangat erat kaitannya dengan kawasan industri.
”Sudah menjadi rahasia umum, prostitusi pasti tidak jauh dengan wilayah pelabuhan,” tandasnya. Pada pemeriksaan kemarin, sebenarnya antusias anak buah kapal (ABK), pegawai, dan pekerja kasar di pelabuhan, sangat tinggi. Namun, karena terbentur mobilitas kerja yang sangat padat, tentu pihak KPA dan Dinkes Banyuwangi harus sabar menunggu waktu kosong mereka.
”Ini kegiatan berkala sampai bulan Desember mendatang, target kami wilayah Pelabuhan Tanjung Wangi harus bisa memeriksa 5 ribu orang. Selain pemeriksaan, kami juga lakukan sosialisasi pencegahan penularan HIV/AIDS,” jelasnya.
Kepala Seksi (Kasi) Pemberantasan Penyakit Dinkes Banyuwangi, Sudarto, menambahkan, data menyebutkan pengidap penyakit HIV/AIDS di Banyuwangi sejak tahun 1999-Mei 2016 sekitar 2.673. Dari 2.763 temuan itu, urutan teratas adalah masyarakat dengan usia 23-30 tahun. Urutan kedua masyarakat dengan usia 31-35 tahun.
”Dari tahun ke tahun temuan kita semakin menurun, padahal pemeriksaan VCT kita semakin luas. Itu membuktikan promosi pencegahan sudah berhasil. Tahun 2015 lalu pemeriksaan di pelabuhan tidak ditemukan satu pun orang terjangkit HIV/AIDS, mudah- mudahan tahun ini juga tidak ditemukan,” pungkasnya.
Kegiatan VCT kemarin merupakan kerja sama Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Banyuwangi, Dinas Kesehatan (Dinkes), Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo Wilker Tanjung Wangi. (radar)