BANYUWANGI – Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Banyuwangi berdampak juga terhadap aktivitas di penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Kondisi itu membuat Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Ketapang mewanti-wanti kepada operator kapal agar lebih hati-hati.
Kemenhub Dirjen Hubla pun mengeluarkan warning untuk pelayaran. Diperkirakan terjadi ombak setinggi 2,5 meter hingga 4 meter di wilayah Pantai Jawa, Bali, serta sekitar Samudra Hindia.
Kepala UPP Kelas lll Ketapang Eka Cakrawala melalui petugas kesyahbandaran Widodo mengatakan, cuaca memang sulit diprediksi. Bulan ini perairan Selat Bali kondusif jika dibandingkan dengan kondisi dua bulan lalu. “Cuaca disertai angin serta kabut berawan muncul setiap November hingga April,” ujar Widodo.
Akibat cuaca tersebut, Rabu kemarin (15/11) lalu lintas pelayaran di Selat Bali ditutup sementara. Penyebabnya, angin kencang serta jarak pandang kurang dan lima meter. Hari ini diperkirakan terjadi gelombang setinggi 0,5-1,5 meter. “Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk sempat kami tutup satu jam,” kata Widodo.
Namun, penutupan itu tidak sampai mengakibatkan penumpukan kendaraan di kantong parkir pelabuhan maupun kemacetan di jalan raya. “Aktivitas pelayaran Ketapang- Gilimanuk di tutup pukul 14.30 hingga 15.45,” ungkap Wdodo.
Manajer Operasional PT ASDP Ketapang Ardy Ekapaty menjelaskan, saat ini total 53 unit armada kapal motor penumpang (KMP). Namun, KMP yang beroperasi di Selat Bali 32 unit. Sebanyak 20 KMP beroperasi di dermaga mobile bridge (IMB) dan 12 KMP beroperasi di dermaga landing craft machine (LCM).
”Demi keselamatan penumpang, jika cuaca sedang tidak bersahabat, UPP Kelas III Ketapang yang bertugas dan berhak mengizinkan kapal berlayar atau tidak,” terang Ardy.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi Agung Nugroho menambahkan, awan tebal masih menyelimuti seluruh wilayah Banyuwangi hingga dua pekan mendatang. (radar)