MASYARAKAT Banyuwangi terutama yang tinggal di wilayah kota merasakan terik matahari yang cukup panas dalam beberapa minggu terakhir. Pemicunya, posisi matahari sedang berada di sisi selatan equator sehingga berdampak kepada suhu panas yang dirasakan melebihi hari-hari biasa.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, posisi matahari yang berada di selatan equator atau garis kathulistiwa berdekatan dengan Banyuwangi. Sehingga sinar matahari terasa lebih dekat dan panas bagi masyarakat.
Meskipun saat ini sebenarnya tengah dalam masa musim hujan, tetapi hal itu tidak berpengaruh pada tingginya suhu yang dirasakan. “Wilayah yang merasakan hujan baru Banyuwangi bagian barat dan selatan, sedangkan untuk Banyuwangi kota dan utara sekitar dasarian pertama dan kedua bulan November,” ujar prakirawan BMKG Banyuwangi, Yustoto Windiarto.
Berdasarkan citra satelit himawari, dalam suhu panas ini, hujan justru jatuh lebat di kawasan Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo. Ada juga yang turun di wilayah perairan Muncar. Kondisi panas seperti ini akan terus dirasakan masyarakat hingga akhir bulan Februari mendatang atau awal Maret 2017. Suhu yang dirasakan rata-rata 28 derajat celcius dengan suhu maksimal 34 derajat celcius.
“Di sisi selatan panas sekali, tapi di belahan bumi utara seperti Eropa justru sedang mengalami musim dingin saat matahari berada di selatan,” imbuhnya. Dia menambahkan, jika wilayah yang paling terasa panas adalah tempat yang minim embusan angin. Atau dekat dengan wilayah pantulan cahaya matahari, seperti daerah pinggir laut.
“Yang perlu diwaspadai ini petir disertai angin kencang. Karena suhu seperti ini. Kemunculannya bisa ditandai dengan ciri fisik yaitu awan yang tumbuh menjulang. Ujungnya bisa mencapai 9 kilometer,” pungkasnya. (radar)