MENTERI Pariwisata (Menpar) RI Arief Yahya, angkat suara menyikapi maraknya protes terhadap pembangunan infrastruktur yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim di kawasan Gunung Ijen. Meski tujuan pembangunan tersebut baik, hendaknya BKSDA melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat.
Arief menuturkan, maksud pihak BKSDA melakukan pembangunan fasilitas di gunung Ijen tersebut sebenarnya baik. Sebab, sebelumnya tidak jarang pengunjung protes karena ketiadaan toilet, musala, dan fasilitas pendukung lainnya.
“Belum lagi ada keluhan, kalau mau turun ke bawah sangat berbahaya. Nah, itu yang dikerjakan (BKSDA),” ujarnya dikonfirmasi usai menyaksikan Banyuwangi Ethno Carnical Sabtu kemarin (11/11).
Hanya saja, imbuh Arief, masih ada pihak yang memberikan masukan soal tempat pembangunan yang dirasa kurang tepat. Nah, karena itu, Arief berharap pesoalan itu didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan baik.
“Saya sudah koordinasi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), (pembangunan) itu tidak pada jalur pendakian. Tetapi masih ada yang memberikan masukan, sebaiknya jangan di situ,” papar Menteri asal Banyuwangi itu.
Arief menambahakan, berdasar berita yang diketahui terakhir, pihak BKSDA akan menggelar pertemuan dan sosialisasi terkait pembangunan di kawasan Ijen. “Hasilnya seperti apa? Saya belum tahu,” pungkasnya.
Proyek pembangunan di puncak Ijen terus mendapat penolakan. Kali ini penolakan di suarakan belasan pelajar SMK dan SMA. Mereka menyuarakan penolakannya dengan membentangkan spanduk mini bertuliskan “Save Ijen” di sela event BEC, Sabtu kemarin (11/11).
Belasan pelajar itu membentangkan spanduk sambil menyaksikan pawai BEC di depan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. Bahtiar Putra Yusafi, 17, salah seorang pelajar mengaku, pembangunan puncak Ijen dinilai mengotori pemandangan kawah. “Kami hanya menyuarakan agar masyarakat bersama-sama peduli dengan kondisi pembangunan di Gunung Ijen,” ujarnya.
Tema BEC Majestic Ijen dinilai sangat tepat bersamaan dengan proyek pembangunan di puncak Ijen. Sebab, masih sedikit masyarakat yang belum mengetahui adanya proyek pemb angunan tersebut. Selama membeber spanduk “Save Ijen” tersebut tidak sedikit masyarakat yang bertanya.
“Kami bukan demo, juga tidak menyampaikan aspirasi. Spanduk ini kami buat sebagai bentuk keprihatinan agar Ijen tidak dikotori dengan pembangunan yang dapat mengurangi kecantikan dan kelestarian lingkungan di Ijen,” jelasnya.
Sementara itu, pembangunan fasilitas wisata di puncak Gunung Ijen menuai penolakan dari ribuan warganet. Penolakan tersebut rampak dalam petisi online yang dibuat Sea Soldier Banyuwangi. Pada situs www. change.org tersebut telah terkumpul 22.353 dukungan penolakan bangunan Ijen.
Penolakan tersebut bermula dari pembangunan pendapa tempat istirahat, musala, dan toilet di puncak Gunung Ijen. Dalam petisinya, Sea Soldier Banyuwangi menyayangkan keberadaan bangunan tersebut. Sebab bangun yang dibuat bersifat permanen dari beton.
Pembangunan serta kedatangan wisatawan dalam jumlah besar, dikhawatirkan alan mempengaruhi ekosistem dan konservasi alam di kawasan tersebut. Sebab, kawasan Gunung Ijen merupakan taman wisata alam yang berdampingan dengan cagar alam tempat hidup flora dan fauna yang dilindungi.
“Kawah Ijen sudah cantik tanpa ada bangunan-bangunan di puncak yang justru merusak keindahan asli Gunung Ijen, serta membahayakan ekosisem dan konservasi di kawasan Gunung Ijen,” ujar Putri Agustin, 31, koordinator Sea Soldier banyuwangi. (radar)