Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

70 Bayi Terinfeksi HIV/AIDS

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Hentikan Diskriminasi terhadap ODHA

BANYUWANGI – Jumlah penderita HIV/AIDS di Banyuwangi tergolong tinggi, yakni 2.418 penderita. Angka tersebut menempatkan Banyuwangi di ranking ketiga jumlah penderita AIDS terbanyak se-Jawa Timur.

Yang mengenaskan, dari 2.418 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) tersebut, 50 persennya adalah wanita. Virus tersebut bisa saja menyerang segala umur. Bahkan, HIV juga bisa menyerang bayi. “Bayi mengidap HIV karena tertular ibunya.

Per Oktober 2015 tercatat 70 bayi di Banyuwangi terkena HIV karena ibu,” ungkap Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/ AIDS (KPA) Banyuwangi, Waluyo, di sela menghadiri peringatan Hari AIDS Sedunia kemarin.

Peringatan Hari AIDS Sedunia kemarin diisi beragam kegiatan oleh elemen yang peduli HIV/ AIDS, seperti pembagian pita kepada pengguna jalan, aksi teatrikal, dan pembubuhan tanda tangan pada poster peduli HIV/ AIDS.

HIV bisa menjangkiti segala umur dan bisa dicegah dengan perilaku hidup sehat. Sesuai tema yang diangkat dalam peringatan Hari AIDS Sedunia kemarin, adalah mewujudkan generasi peduli dan sehat. “Sebab, perilaku sehat merupakan awal dari pencegahan HIV/AIDS,” imbuh Waluyo.

ODHA sepertinya harus menanggung beban ganda. Selain menderita karena penyakit yang dideritanya, mereka juga mengalami diskriminasi dari lingkungan, bahkan oleh orang-orang sekitarnya. ODHA cenderung dikaitkan dengan seks bebas dan pengguna narkoba.

Padahal, mereka membutuhkan dukungan. Itu menjadi faktor penentu keberlangsungan perawatan ODHA. Hal itulah yang diserukan para penggiat HIV/ AIDS di Banyuwangi yang bergabung bersama KPA Banyuwangi dalam aksi long march di Jalan Adi Sucipto kemarin (1/12).

Dalam rangka memperingati Hari HIV/AIDS Sedunia tersebut, mereka meminta publik berhenti memfitnah atau mendiskriminasi ODHA. Waluyo mengatakan, dalam aksi turun jalan itu pihaknya ingin mengubah stigma buruk yang berkembang di masyarakat mengenai ODHA. Ia mengatakan, ODHA kerap dikucilkan.

“Kita mengajak publik peduli kepada ODHA karena mereka seperti kita, yakni memiliki hak hidup layak.” ucapnya.  Anggapan masyarakat bersalaman dan berpelukan dengan ODHA dapat tertular virus sama sekali tidak benar.

Waluyo menegaskan, penularan penyakit tersebut tidak akan terjadi melalui hubungan sosial biasa, seperti berpelukan, berjabat tangan, makan bersama, dan  tinggal satu rumah.  Penularan penyakit HIV didominasi perilaku tidak sehat, seperti hubungan seks berisiko dan penggunaan narkotika.

Lebih lanjut ia menjelaskan, HIV ditularkan melalui empat jenis cairan, yakni darah, sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Darah biasanya lebih mudah menular melalui transfusi dan penggunaan narkotika dengan jarum suntik bergantian. Sperma dan cairan vagina ditularkan  melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi HIV.

Untuk mengetahui penularan kepada ibu hamil, pihaknya melakukan screening terhadap ibu hamil. Selain itu, pihaknya juga memantau ibu tersebut sejak  hamil hingga proses melahirkan, sehingga risiko bayi tertular semakin minim.

Tidak hanya itu, pihaknya juga rutin memberikan penyuluhan. “Penularan HIV/ AIDS melalui ibu hamil bisa dibikin zero dengan pemberian pemahaman yang benar seputar HIV /AIDS,’ katanya. (radar)