Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Nelayan Andon Serbu Pantai Pancer

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

PESANGGARAN-Ratusan kapal milik andon kini bersandar di daerah Pelabuhan Pancer, Desa Sumberagung, kecamatan  Pesanggaran. Mereka sengaja datang ke pesisir pantai Laut  Selatan itu karena di daerahnya sedang sepi ikan.

Para nelayan pendatang itu,  selama ini bisa membaur dengan nelayan lokal. Mereka tinggal di perkampungan nelayan  Pancer hingga beberapa hari. “Nelayan andon itu selalu ada di Pancer ini,” cetus Koordinator Instalasi Pelabuhan Perikanan  (IPP) Pancer, Heru Prasetyo.  Heru mengaku tidak tahu pasti jumlah nelayan andon yang  ada di Pancer.

Pendataan sulit  dilakukan, karena mereka itu  sering datang dan pergi dengan cepat. “Mereka biasanya lapor  ke RT atau desa,” terangnya.  Menurut Heru, jumlah perahu dan kapal yang ada di pelabuhan Pancer itu sekarang ini ada sekitar  sekitar 800 unit. Dari jumlah itu,  perahu dan kapal milik nelayan andon sekitar 100 unit hingga 200 unit.

“Jadi cukup besar,” ungkapnya. Para nelayan andon itu, terang dia, ada yang dari luar daerah  seperti Kabupaten Jember. Tapi,  juga ada yang masih daerah Kabupaten Banyuwangi. “Nelayan  dari Muncar banyak yang mencari ikan di Pancer,” sebutnya.

Para nelayan andon itu banyak  yang datang ke Pancer karena ikan  relatif stabil. Meski saat ini, ikan di sekitar perairan Pancer juga sulit ditangkap. “Di perairan Pancer lebih menjanjikan, “ungkapnya.  Heru menyampaikan permasalahan nelayan saat ini adalah kurangnya kesadaran dalam  menjaga keselamatan kerja. Nelayan yang melengkapi perahu dengan jaket pelampung, masih sangat sedikit.

“Yang menggunakan jaket  pelampung sangat sedikit, paling banyak mengandalkan  jeriken,” ucapnya.  Tidak hanya itu, para nelayan  juga sering mengabaikan kesehatan selama berada di tengah  laut. Mereka sering melawan  rasa dingin dengan mengandalkan panas dari mesin. Padahal, cara yang dilakukan itu sangat berisiko karena berpotensi menghirup gas karbondioksida.

“Mereka itu sering ngrukupi mesin agar hangat,” ungkapnya. Untuk menjaga keselamatan  itu, para juragan kapal diminta lebih  memperhatikan anak  buahnya. Sehingga, kejadian  kecelakaan dengan merenggut korban jiwa akibat kelalaian kerja tidak lagi terulang. “Kecelakaan kerja di laut sering  terjadi,” cetusnya. (radar)