MUNCAR – Upacara tradisional petik laut yang digelar para nelayan Muncar, berlangsung meriah kemarin (5/10). Para nelayan bersama warga, ramai-ramai bergerak ke tengah laut dengan naik kapal slerek untuk melarung gitik mini berisi sesaji.
Prosesi pelarungan gitik sesaji, menjadi pemandangan menarik di tengah laut. Puluhan kapal penangkap ikan berukuran besar, tampak berebut mengawal kapal slerek yang mengangkut gitik sesaji. Diantara kapal itu, terlihat saling kejar-kejaran.
Setiba di titik lengah laut yang dibuat lokasi pelarungan, kapal yang membawa sesaji terlihat berhenti. Puluhan kapal lain, berebut untuk saling mendekat. Karena berebut, di antara kapal sampai bersenggolan hingga membuat penumpang teriak-teriak.
“Ayo mundur dulu,” teriak salah satu anak buah kapal (ABK) di kapal slerek melihat sejumlah kapal yang ingin mendekat ke kapal pembawa gitik sesaji. Setelah dilakukan doa bersama, gitik sesaji dilepas dengan diceburkan ke laut.
Bersamaan dengan itu, puluhan nelayan menceburkan diri ke laut untuk berebut sesaji yang dilepas ke laut. Para nelayan juga mengambil air dari laut dan menyiram ke kapalnya. “Mereka mencari berkah,” cetus ketua panitia petik laut Muncar, Sudirman.
Ritual petik laut yang digelar para nelayan Muncar, dimulai sekitar pukul 10.30. Sebelum larung sesaji, diawali dengan kegiatan serimonial yang dilaksarankan di Pelabuhan Muncar. Hadir dalam acara itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas; Wakil Bupati (Wabup) Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko; staf khusus Kementrian Sosial ( Kemensos) Rl, Prof. Mas’ud Said.
“Mudah-mudahan setahun ke depan ikan terus tumbuh supaya hasil tangkapan bisa lebih melimpah,” cetus Bupati Anas dalam sambutannya. Usai upacara prosesi ritual di mulai dengan pemasangan kail emas di lidah kepala kambing yang ada di gitik sesaji oleh Wabup Yusuf. Selanjutnya, gitik sesaji itu dilepas oleh Bupati Anas dengan ditandai pengguntingan pita.
“Petik laut ini salah satu potensi wisata yang bisa mendatangkan wisatawan,” kata bupati. Usai dilepas bupati, gitik sesaji oleh para nelayan dinaikkan ke kapal slerek dan dibawa ke tengah laut.
Puluhan kapal ikut mendampingi di belakangnya. Untuk menjaga keamanan, petugas dari Satpol Air, TNI AL, dan Syahbandar tampak berseliweran ditengah laut menggunakan perahu karet dan kapal sekoci.
Iring-iringan kapal terus bergerak menuju ke tengah laut. Usai melarung sesaji, mereka bergerak menuju ke Sembulungan. Di tempat itu, melakukan prosesi ritual di makam Mbah Agung Kalong dan Anjasmoro.
“Itu sebutannya bukan makam gandrung, tapi makam Damar Wulan dan Anjasmoro,” cetus Masduwah, 70, juru kunci makam. Di lokasi dekat makam itu, dua penari gandrung mengitari makam sebanyak tiga kali diiringi gamelan gandrung. Tradisi ini dilakukan setiap upacara petik laut digelar oleh nelayan Muncar. “Ritual ini bagian dari petik laut,” terangnya. (radar)