MUNCAR – Ratusan umat Hindu menggelar ritual di setra (makam) Punden Mbah Kopek, Dusun Sumberjoyo, Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, kemarin (4/8). Mereka melaksanakan upacara Ngentas-entas atau ngaben masal.
Ritual yang dilakukan itu berbeda dengan ngaben pada umumnya. Karena dalam acara itu tidak dilakukan kremasi atau pembakaran jasad manusia yang telah meninggal. Tetapi, penyucian roh bagi anggota keluarga yang telah meninggal dan telah dimakamkan.
“Hanya dilakukan pemanggilan para anggota keluarga yang telah mati melalui perantara bunga, lalu disucikan bersama. Jadi tidak sampai membongkar makam,” ujar ketua panitia upacara, Untung Mardianto.
Dalam ajaran Hindu, terang Untung, ritual Ngentas-entas itu juga dimaksudkan pemanggilan jiwa atau roh anggota keluarga yang telah meninggal untuk disucikan. Selanjutnya di-stana-kan atau ditempatkan pada tempat yang mulia.
Prosesi ritual itu diawali dengan Ngentas-entas atau menaikkan roh dengan cara memanggil arwah keluarga yang dipimpin oleh Manghala Upacara Brahmana, Romo Ageng Widjoyo Buntoro dari Sidoarjo. Para ahli waris yang akan menyucikan anggota keluarganya yang telah meninggal, bersiap di bawah tenda. Sementara perlengkapan sesaji atau ubo rampe, dipersiapkan di depan tenda.
“Maksudnya itu jiwa atman disucikan, kemudian dimasukkan dalam sebuah tempat dan diarak menuju stana,” terangnya. Arak-arakan arwah itu, dalam Hindu disebut nuntun batara yang dimulai dari setra punden menuju Candi Luhur Moksa Jati Dalem Puri Blambangan, Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dengan jalan kaki dan iringan musik bale ganjur.
Setiba di candi suci, kembali dilakukan ritual ngelinggih, yakni menempatkan arwah dari tempat yang rendah di kedudukan yang lebih tinggi. “Untuk upacara Ngentas-entas kali ini diikuti oleh 43 kepala keluarga dengan jiwa yang disucikan 211 arwah,” jelas Untung Mardianto.
Warga yang ikut dalam ritual itu, tidak hanya dari Kecamatan Muncar saja. Tetapi, juga banyak dari Kecamatan Srono dan Kecamatan Tegalsari. Bahkan juga ada umat Hindu dari Kabupaten Lumajang, Kediri, dan Ponorogo.
“Kalau upacara ngaben dilakukan sendiri biayanya mahal, bisa mencapai puluhan juta, tapi kalau masal lebih ringan dan murah,” tandasnya. (radar)