Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Banyuwangi dan BPPT Kolaborasi Garap Pengembangan Kopi dan Cokelat dari Hulu ke Hilir

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), guna menyiapkan SDM pengembangan kopi dan cokelat dari hulu ke hilir.

Fokus kolaborasi ini adalah para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan santri untuk didorong menjadi pegiat bisnis rintisan kopi dan cokelat.

Usai penandatanganan nota kesepahaman dengan Kepala BPPT Hammam Riza, Jumat (8/3/2019), Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pemerintah daerah melakukan kerja bareng BPPT menyiapkan SDM kopi dan kakao sebagai bahan dasar cokelat karena dua komoditas itu dinilai cukup berlimpah di Banyuwangi.

“Kopi dan cokelat dipilih karena trennya terus berkembang pesat. Saat ini muncul lebih dari 100 bisnis rintisan kopi dan cokelat dengan berbagai merek yang digerakkan anak-anak muda Banyuwangi,” papar Bupati Anas.

Dia menjelaskan, konsumsi kopi Indonesia hanya 1,5 kilogram per kapita per tahun. Jepang 5 kilogram dan Finlandia mencapai 12 kilogram sehingga pasar ke depan sangat cerah.

“Jika naik 4 kilogram per kapita per tahun, maka kebutuhan kopi dalam negeri tembus 1 juta ton, melebihi produksi sekarang dan bakal kewalahan,” ungkap Bupati Anas.

“Sehingga ini dibutuhkan SDM yang kompeten dari hulu ke hilir,” imbuhnya.

Demikian pula konsumsi cokelat Indonesia masih sangat rendah, hanya kisaran 0,4 kilogram per kapita per tahun. Misalnya di Singapura, konsumsinya tembus 1 kilogram per kapita per tahun.

Bupati Anas menjelaskan, kopi dan cokelat ini bisa menjadi ladang bisnis menggiurkan bagi lulusan SMK dan santri.

“Kuncinya tiga: membuat produk yang baik, jangan kemahalan dan jangan kemurahan lalu dipasarkan online,” tutur Bupati Anas.

Dalam kolaborasi ini, pada tahap awal, ratusan siswa dan santri dari 10 SMK dan pesantren dilatih kopi dan cokelat dari hulu ke hilir.

Hal ini juga menerjemahkan arahan Presiden Jokowi bahwa anak-anak muda sejak dini harus didesain sebagai generasi kreatif, termasuk soal kewirausahaan.

“Saat bertemu para bupati beberapa waktu lalu, Pak Jokowi mencontohkan besarnya potensi kopi sebagai penggerak ekonomi rakyat,” kata Bupati Anas.

Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan, kolaborasi dengan Banyuwangi ini melibatkan banyak bidang teknologi. Dan pihaknya fokus membantu dari hulu ke hilir untuk teknologi pangan.

“Untuk hulu, BPPT membantu budidaya kopi dan kakao lewat teknologi smart farming,” kata Hammam.

“Bila produktivitas sudah meningkat, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan kopi dan kakao untuk menghasilkan kopi dan cokelat dengan keunggulan rasa,” ungkapnya.

Hammam mengatakan, proses hulu ke hilir itu untuk mencetak technopreneur agribisnis.

“Saya salut dengan Banyuwangi yang melibatkan pelajar dan santri untuk dilatih mengikuti bimbingan teknis pengolahan dan pengembangan kopi dan cokelat,” ujarnya.

Hammam menambahkan, dengan melibatkan santri dan SMK dinilai bisa menumbuhkan young technopreneur yang berbasis pertanian.

“BPPT siap membantu Banyuwangi secara total,” pungkasnya.