BANYUWANGI – Keberadaan orang gila (orgil) yang berkeliaran di tempat umum mulai menuai keresahan. Betapa tidak, selain menimbulkan kesan kumuh, keberadaan orgil juga membahayakan keselamatan masyarakat.
Seperti dialami Muhammad Toha, 59, warga Dusun Krajan I, RT 2 RW 2, Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, kemarin. Membuka pintu rumah miliknya justru berbuah penganiayaan. Tanpa sebab yang jelas, dia menerima pukulan kayu bertubi-tubi dan hantaman batu oleh orgil yang kerap berseliweran di jalan raya jurusan Banyuwangi-Situbondo tersebut.
Akibatnya sudah bisa ditebak, Toha menderita luka serius di sekujur tubuhnya. Bahkan, tulang hidung bapak tiga anak tersebut patah. Darah segar pun keluar dari hidung pria malang tersebut. Peristiwa nahas itu berawal ketika Toha membuka pintu warung lesehan miliknya usai menjalankan salat Subuh kemarin (17/8).
Entah bagaimana ceritanya, satu orgil tiba-tiba menyerang. Suara jeritan kesakitan terdengar istri dan anak Toha yang tengah berada di dalam rumah. “Karena memang sering ada orgil berseliweran, saya kira yang menjerit-jerit itu orgil. Tetapi, ternyata itu suara ayah saya,” ujar Riskiyanti, putri bungsu Toha.
Mendengar jeritan itu, istri Toha, yakni Supiyati, keluar rumah. Alangkah terkejutnya Supiyati mendapati suaminya telah tergeletak di dalam got di sebelah utara kediamannya tersebut. Di sisi lain, setelah memukul, si orgil tak segera meninggalkan tempat.
Seraya setengah berteriak, Riskiyanti yang melihat ayahnya tergeletak lemah dan berlumuran darah menanyakan alasan si orgil melakukan tindakan keji kepada orang tuanya tersebut. “Si orgil menuduh ayah saya menjambret dia. Padahal, ayah saya baru saja salat subuh dan membuka pintu rumah,” kata dia.
Sementara itu, pihak keluarga langsung mengevakuasi Toha ke Puskesmas Wongsorejo. Lantaran luka yang diderita cukup parah dan terjadi penyumbatan darah di saluran pernapasan, Toha langsung dirujuk ke rumah sakit.
“Karena itu, kami melarikan ayah saya ke rumah sakit,” terang Riskiyanti ditemui di RS Yasmin, Banyuwangi. Andi, menantu Toha, menambahkan orgil yang menganiaya mertuanya tersebut memang kerap berseliweran di jalan raya jurusan Banyuwangi-Situbondo beberapa hari terakhir.
“Selain orgil yang memukul ayah saya, ada beberapa orgil lain yang juga sering berseliweran,” kata dia. Menurut Andi, si orgil memukul ayahnya menggunakan pentungan kayu dan batu. “Dia membawa pentungan kayu. Selain itu, dia menghantam ayah saya menggunakan batu. Akibatnya, selain tulang hidung ayah patah, gigi bagian depan ayah goyang semua,” kata dia.
Andi berharap, petugas terkait segera melakukan penertiban orgil. Razia perlu segera dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang dan menimbulkan korban lain. “Ini sudah meresahkan dan membahayakan keselamatan warga,” tandasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banyuwangi mengatakan sebenarnya pihaknya telah melakukan razia rutin penertiban orgil di Bumi Blambangan.
“Kejadian di Wongsorejo mungkin belum ada laporan dari masyarakat. Warga yang mengetahui ada orgil, diharap segera melapor ke Satpol PP agar segera ditindaklanjuti,” kata dia usai mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Taman Blambangan, Banyuwangi, kemarin. Meski demikian, Agus menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang menimpa Toha tersebut.
“Karena hari ini (kemarin) ada agenda upacara kemerdekaan RI, besok (hari ini 18/8) kami akan langsung melakukan razia penertiban orgil di Wongsorejo,” pungkasnya. (radar)