Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Meriahnya Pesta Petik Laut Nelayan Muncar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

MUNCAR – Tradisi tahunan petik laut di Perairan Muncar kemarin berlangsung meriah. Ratusan kapal nelayan memadati laut Muncar. Kapal dihias sedemikian rupa sehingga menarik. Nelayan seolah jor-joran menghias kapal demi menjadi yang terbaik.

Kemeriahan petik laut kemarin sempat diwarnai kecelakaan kecil antar-kapal selerek pengiring atau pengantar gitik sesaji saat melarung ke tengah laut. Beruntung, kecelakaan pukul 11. 15 tidak membahayakan ratusan penumpang kapal.

Insiden tabrakan kapal tersebut terjadi saat gitik sesaji diceburkan atau dilarung ditengah laut, tepatnya di perairan Selat Bali atau sebelah perbukitan Sembulungan. Diduga, karena saling berebut menabrak gitik sesaji yang baru dilarung, kapal selerek dengan kecepatan tinggi itu membentur kapal selerek lain yang berada di depannya.

Tetapi, kecelakaan itu tidak sampai menimbulkan kerusakan fatal dan membahayakan ratusan penumpang. “Benar ada tabrakan, hanya terjadi kerusakan ringan pada bagian kapal,” ujar Ketua Panitia Petik Laut, Harun Al-Rasyid.

Sebagian nelayan yakin jika kapal yang mereka tumpangi bisa menabrak dan menenggelamkan gitik sesaji saat dilarung, maka kapal tersebut akan mendapat berkah hingga setahun yang akan datang. “Ada anggapan begitu.

Jika bisa menabrak gitik yang berisi sesaji itu, kapal mereka akan hoki di tengah laut dan terhindar dari bencana,” imbuhnya.  Dalam pesta petik laut tahun ini, pelepasan atau larung gitik berisi sesaji tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tahun lalu  beri hasil bumi, kepala kambing, dan kail atau pancing emas. Gitik tersebut diperebutkan penumpang kapal dengan cara ramai-ramai menceburkan diri ke laut. Tahun ini  gitik sesaji tidak boleh diperebutkan.

“Jadi, semua sesaji dalam gitik harus disedekahkan dengan cara ditenggelamkan dan tidak boleh diambil kembali,” jelas  Harun.  Gitik sesaji yang dihias dan diisi hasil bumi mulai palawija, buah-buahan, sayuran, umbi- umbian, hingga kepala kambing, tersebut merupakan simbol rasa syukur nelayan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas karunia selama setahun lalu.

Sebelum ritual larung sesaji dilaksanakan, gitik berisi sesaji itu terlebih dulu dikirab keliling kampung. Pada Rabu malam dilaksanakan zikir dan doa bersama. Ada juga santunan anak yatim piatu di areal pelabuhan minapolitan Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, tersebut.

Keesokan paginya acara seremonial pemberangkatan larung sesaji ditandai dengan pemasangan kail atau pancing emas seberat 0,5 gram pada kepala kambing oleh Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra, Wiyono. “Harapannya, semoga di tahun yang akan datang nelayan diberi keselamatan dan kemudahan dalam mencari rezeki di laut,” terang Harun.

Sementara itu, dalam mengamankan dan meminimalkan kecelakaan di laut, personel Satpolair dan TNI AL bersiaga dengan peranti speed boat. “Syukur tidak ada kendala. Semua berlangsung aman dan lancar,” tegas Kasatpolair Banyuwangi, AKP Basori Alwi. (radar)