Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pulau Tabuhan untuk Ekowisata dan Sport Tourism

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pulau Tabuhan akan disulap menjadi lokasi wisatawan internasional untuk segmen khusus peminat olahraga berpadu wisata atau sport tourism.

Tahap Pertama Bangun Musala Berkonsep Green Architecture

PULAU Tabuhan yang berlokasi di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo memiliki potensial untuk di kembangkan menjadi tujuan wisata internasional. Salah satu potensinya karena memiliki air yang jernih dengan kekayaan biota laut yang beragam.

“Satu lagi keunggulannya adalah kecepatan angin yang bagus untuk olahraga selancar layang dan selancar angin,” ujar Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan MY Bramuda. Oleh karena itu, pemerintah daerah berinisiatif mengembangkan pulau tersebut.

“Tapi dengan syarat, yaitu dan menjaga budaya daerah,” ujarnya.  Bramuda membeberkan, konsep sport tourism tidak membuat Pulau Tabuhan menjadi tempat yang liar dan bebas melanggar kesopanan secara kebablasan.

“Ya sewajarnya saja, saat selancar angin ya pakai busana sesuai olahraga itu,” ujarnya.  Dia menambahkan, selama ini Pulau Tabuhan tidak dikelola dengan baik. Pada saat tertentu, sampah menumpuk karena tidak ada yang mengelola langsung.

Pemkab Banyuwangi pada awalnya menyentuh pulau itu dengan menggelar kompetisi selancar layang dan angin berskala internasional yang mendapat respons positif banyak pihak. “Tabuhan dikembangkan dengan konsep tidak permanen. Artinya tidak ada bangunan permanen di sana,” jelasnya.

Pengembangannya diarahkan ke keseimbangan alam dengan tetap menjaga kekayaan biota laut yang ada. Yang disentuh hanya aspek fasilitas dan atraksi yang bisa mendatangkan wisatawan yang bermanfaat secara ekonomi bagi Banyuwangi.

Rencana pengembangan Pulau Tabuhan itu mendapat respons positif dari sejumlah kalangan. Ketua DPRD Made Cahyana Negara mengatakan, pihaknya mengapresiasi inisiatif pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata, termasuk di Pulau Tabuhan.

“Saya melihat selama ini Pemkab Banyuwangi sudah cukup baik mengembangan wisata dengan tetap menghargai budaya lokal. Sanggar-sanggar kesenian mendapat ruang. Dan yang dipilih memang bukan wisata yang hingar-bingar. Yang tidak sesuai dengan budaya seperti karaoke pun selama ini telah dilarang,” ujarnya.

Made mengingatkan agar Pemkab Banyuwangi konsisten mengembangkan pariwisata dengan tetap berbasis kebudayaan lokal dan adat ketimuran. “Karena dengan konsistensi itu, pasar wisatawan akan terbentuk,” ujarnya.

Ketua MUI Banyuwangi KH M Yamin menilai, Bupati Abdullah Azwar Anas cukup mampu menyeimbangkan antara pengembangan wisata dan dampak- dampak negatif yang biasanya mengikuti. Langkah preventif seperti pelarangan diskotek dan karaoke menjadi salah satu contoh.

“Selain itu, Bupati Anas berinisatif mengembangkan halal tourism, bahkan membuat pantai syariah yang terus berbenah, meski belum ideal tapi perlu diapresiasi,” ujarnya. Ketua Golkar Banyuwangi Ruliyono mengatakan, pengembangan Pulau Tabuhan memang tepat jika tidak menggunakan APBD karena butuh dana yang cukup besar.

Di sisi lain, APBD terbatas, sehingga perlu difokuskan ke daerah  dan program-program lain seperti pendidikan dan kesehatan. “Pulau Tabuhan butuh biaya besar. Misalnya soal teknologi untuk air bersih. Saya setuju jika APBD tak masuk ke sana,” ujarnya.

Kepala Dinas PU Mujiono menjelaskan, yang pertama kali dikembangkan di Pulau Tabuhan adalah sarana ibadah dan toilet. “Bupati Anas sudah memerintahkan untuk bikin musala dengan konsep green architecture, tempat wudu, dan toilet, karena banyak wisatawan ke sana  kesulitan jika akan beribadah,” ujarnya. (radar)