TEGALDLIMO – Pencinta sepeda ontel kuno kian menjamur. Pencinta sepeda sederhana tersebut tidak hanya dari kalangan tua, kawula muda juga banyak yang menggemari dan memburu untuk koleksi pribadi.
“Di rumah, saya menyimpan puluhan sepeda ontel kuno keluaran tahun 1930. Saya dulu beli di kampung-kampung,” ungkap salah satu kolektor sepeda ontel kuno Tentrem, 60, residents of Kaliwungu Hamlet, Kedungwungu village, Tegaldlimo . District, Banyuwangi Regency.
Bapak lima anak itu menuturkan, barang jadul selain dianggap sudah ketinggalan zaman, juga dinilai oleh sebagian orang tidak memiliki nilai ekonomi. Tapi di matanya, sepeda ontel memiliki nilai historis yang cukup tinggi. Karena pada zamannya dulu, sepeda ontel hanya dimiliki oleh kaum bangsawan dan kalangan tertentu.
Kehadiran sepeda ontel di tengah hiruk pikuk barang canggih, light him, itu cukup memberikan warna dan nilai estetika tersendiri. Sebagian besar sepeda ontel koleksinya, itu sudah usang dengan cat lusuh dan berkarat.
Agar terlihat seperti baru, sepeda onthel miliknya setiap hari dibersihkan menggunakan lap kain bersih. Besides that, setiap sekali dalam seminggu permukaan bodi sepeda dioles menggunakan semir agar tampak lebih mengkilat.
“Kalau dicat baru kurang menarik, pembelinya minta yang masih orisinil,” terang kakek tujuh cucu yang juga jualan sepeda kuno itu.
Untuk harga sepeda onthel itu bervarisi, tergantung jenis, tipe, dan tahun pembuatan. Khusus untuk merek batavus dijual dengan harga Rp 2,5 million, sedang merek royal dan phoenix dijual mulai Rp 1 juga hingga Rp 1,5 juta per unitnya. “Setiap hari selalu ada saja yang cari dengan datang ke sini,he explained
Para penggemar sepeda onthel itu beragam, mulai Pegawai Negeri Sipil (civil servant), guru, politician, academy, aparat keamanan, self-employed, hingga pengangguran. Sepeda onthel, itu salah satu kendaraan yang ramah lingkungan dan memberikan keuntungan seperti bisa menjaga kesehatan. “Ngontel itu sehat, tidak ada polusi dan ramah lingkungan,"he said.