The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Muncar Dry Rice Fields

Illustration
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Illustration

WATER – Ancaman kekéringan akibat musim kemarau, tampaknya semakin meluas. Selain di Desa Kebaman, Srono . District, para petani yang resah akibat tanaman padinya terancam mati akibat kekurangan air, juga terjadi di Desa Kedungrejo, Muncar District (28/9).

Salah satu petani, Suparto, asal Desa Kedungrejo, mengaku sawahnya sudah lama tidak ditanami karena irigasi yang sulit. Until finally, di tetap nekat menanam padi karena memiliki cadangan sumur bor.

“Baru sepekan ini menanamnya, air sulit ya nyedot dari sumur bor,” kata lelaki yang berusia 57 that year.

Dengan mengaliri sawah dari sumur bor, Suparto menyebut dilakukan dengan cara menyedot pakai mesin diesel. And it, berarti harus mengeluarkan biaya. “Untuk satu petak butuh wakfu seharian,” he said.

Suparto mengaku mesin diesel yang dipakai untuk menyedot air itu miliknya sendiri. So that, biaya yang dibutuhkan hanya untuk mémbeli solar. “In a day, biaya untuk membeli solar habis antara Rp 30 thousand to Rp 40 thousand,” the light.

Meski sudah sering dialiri dari sumur bor, Suprapto menyebut kalau sawahnya masih kekeringan. Even, sawahnya sudah banyak yang retak karena kekurangan air. “Kalau tidak dialiri jelas mati tanamannya,” he said.

With a serious tone, Suprapto mengaku tidak tahu nasib tanamannya. Especially, musim kemarau ini sépertinya masih panjang. “Kalau aliran mati terus, tanaman padi mati dan saya rugi,” he said.

Other Farmers, Sarju, from the village of Krajan, Tembokrejo Village, Muncar District, menyebut di daerahnya aliran sungai masih mengalir, tapi debitnya sangat kecil. “Air sungai tidak mampu mengaliri sawah,” he said.

Untuk menjaga tanaman padi miliknya tidak mati, Sarju menyedot sumur bor yang ada di pinggir sawah.Ketersediaan air di sumur bor juga terbatas, kalau disedot setiap hari ya bisa cepat habis,” he said.(radar)