The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Collaborating with Mlijo to become a high-risk pregnant woman hunter

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

LUAR biasa Puskesmas Sempu. Luar biasa pula ibu-ibu pedagang sayur keliling alias mlijo yang telah berko laborasi dengan Puskesmas Sempu dan berkontribusi. positif bagi pembangunan kesehatan di wilayah setempat. Yes. Puskesmas Sempu punya terobosan baru dan inovatif.

Pihak Puskesmas menggandeng ibu-ibu mlijo untuk dilibatkan sebagai agen Pemburu Ibu Hamil Beresiko Tinggi (Bumil Resti) di kampung-kampung yang menjadi wilayah pemasaran sayur dagangan mereka. Untuk menjalankan tugas tersebut, setiap mlijo dibekali fasilitas berupa keranjang dagangan yang ditempeli banner bertulisan 13 kriteria Bumil Resti, sepatu boot, dan rompi.

Not only that, mereka juga dibekali smart phone dan pulsa. Smartphone dan pulsa itu disediakan agar sang agen bisa mengirim informasi kepada pihak Puskesmas Sempu saat menemukan ibu hamil berisiko tinggi.

Kepala Puskesmas Sempu, Hadi Kusairi, mengatakan saat ini terdapat 10 ibu pedagang sayur keliling yang tersebar di tiga desa dilibatkan menjadi Pemburu Bumil Resti. Para mlijo tersebut bertugas mencari, menemukan, dan melaporkan ibu hamil baru dengan risiko tinggi di wilayah mereka berjualan.

“Tim pemburu ini sengaja kita bentuk untuk mengoptimalkan pencarian Bumil Risti hingga ke pelosok kampung. Hal ini penting, karena banyak kasus tingginya kematian ibu dan bayi disebabkan oleh kehamilan yang berisiko. Tim pemburu ini sangat membantu kerja pengawasan kami," he said.

Hadi menuturkan, Bumil Risti meliputi para ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 year. Besides that, ibu hamil dengan jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dengan persalinan pertama operasi, maupun ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi dan tinggi badannya kurang dari 150 cm juga masuk kategori Bumi Risti tersebut.

According to Hadi, para mlijo dipilih sebagai agen pemburu Bumil Risti karena mereka dianggap memiliki jangkauan yang luas hingga pelosok desa. Besides that, mereka juga bisa interaksi langsung dengan masyarakat. “Mereka ini kan intens sekali komunikasinya dengan para ibu, sehingga lebih mudah masuk. Mereka sebelumnya juga telah kami bekali pengetahuan seputar kriteria ibu hamil dengan risiko tinggi, serta bagaimana pendekatan komunikasinya agar lebih luwes,"Said Hadi.

Cara kerja mereka, jelas Hadi, jika mendapati ibu hamil berisiko langsung dipotret dan dikirim kepada petugas puskesmas yang disertai data alamat dan nama suami via grup WhatsApp. Begitu laporan masuk, bidan di wilayah itu akan turun untuk memeriksa kondisi bumil tersebut.

“Jika dari pemeriksaan bidan masuk kategori Bumil Risti, yang bersangkutan akan segera didampingi hingga lepas masa nifasnya,he explained. Next, para bumil ini mendapatkan pendampingan intensif dari bidan wilayah dan laskar sakina. Laskar sakina adalah relawan yang terdiri dari unsur guru, pemuka agama, dan kader Posyandu.

“Bumi Risti juga dijadwalkan konsultasi rutin dengan dokter spesialis. Dan bila perlu dirujuk melahirkan di rumah sakit,” terang Hadi. Meanwhile, salah mlijo, Siti Dalilah, mengatakan sangat beruntung terpilih sebagai agen pemburu Bumil Resti. Meskipun awalnya ragu, dia merasa dirinya lebih bermanfaat karena bisa membantu orang lain.

“Banyak manfaatnya menjadi pemburu Bumil Risti. Saya jadi tambah pengetahuan tentang kriteria kehamilan berisiko. Selain bisa memberi tahu orang lain, juga bisa buat jaga-jaga diri sendiri,” kata perempuan yang biasa menjajakan sayuran di Dusun Parastembok, Jambewangi Village, Kecamatan Sempu ini.

Siti pun menceritakan pengalamannya selama menjadi agen pemburu Bumil Resti. “Kadang gampang kadang susah, tergantung mood ibu hamilnya. Kadang ada yang marah pas kita mencoba mendekatinya, akhirnya malah tidak jadi belanja. Ini biasanya kalau ibu itu usianya sudah tua, mungkin malu kali ya? Jadi kita harus tahu kondisi orangnya juga, baru kita coba dekati,” he added.

Begitu halnya dengan Ibu Ira, penjaja sayur di Dusun Sumberwadung, Sempu Kecamatan District. Sejak menjadi pemburu Bumil Risti, dia berhasil menemukan dua ibu hamil berisiko tinggi karena jarak usia kehamilan pertama dan kedua terlalu jauh dan ibu hamil yang lain jarak kehamilannya terlalu dekat.

“Alhamdulillah, selama kehamilan dan persalinan mereka lancar,” kata Ira. Sejak diluncurkan awal tahun 2016 then, para pemburu Bumil Resti ini berhasil mendapatkan 7 kasus Bumil Risti. “Dengan pendampingan intensif, ketujuh Bumil Risti berhasil melewati kehamilannya dengan selamat,"Said Hadi.

Just knowing, angka kematian ibu (AKI) di Banyuwangi pada tahun 2015 reach 23 case. In the same period, angka kematian bayi (AKB) reach 163 case. Spesifik di Wilayah Sempu, jumlah AKI pada 2013 as much 7 kasus dan jumlah AKB 18 case.

On 2014 jumlah AKB sebanyak 5 kasus dan AKB 11 case. Namun pada 2015, wilayah Kecamatan Sempu zero kasus AKI maupun AKB. (radar)