The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Sufferers of Sexually Transmitted Infections (IMS) in Banyuwangi

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Penderita-Infeksi-Menular-Seksual-(IMS)-di-Banyuwangi

BANYUWANGI – When several other districts experienced an increase in the number of sufferers of sexually transmitted infections (IMS), Banyuwangi justru mengalami penurunan jumlah penderita penyakit tersebut. Berdasar data Dinas Kesehatan (Health Office) Banyuwangi, tercatat ada penurunan penderita dibandingkan tahun 2014 until 1668 person.

Penurunan drastis angka penderita IMS itu, Kata Kepala Dinkes Banyuwangi, dr. Widji Lestariono, melalui Kasi Pencegahan Penyakit Menular, Sudarto Setyo, terjadi akibat faktor penyebab penularan IMS yang mulai berkurang.

Sudarto menjelaskan, hampir seluruh kasus IMS ditularkan melalui aktivitas seksual yang tidak sehat. Di Banyuwangi dulu penyebab yang paling tinggi adalah dampak aktivitas seksual di lokalisasi. Setelah banyak lokalisasi ditutup, Sudarto melihat ada penurunan jumlah penderita IMS cukup signifikan.

Then, ditambah dengan sosialisasi dan penyuluhan gencar dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan puskesmas-puskesmas. Added more, dengan media promosi dari layanan kesehatan terhadap masyarakat yang men derita IMS.

“Seks adalah faktor utama IMS. Kalau yang lain kecil. Karena itu yang terserang sebagian besar adalah usia produktif yang menjadi pelaku seksual aktif,” ujar Darto. IMS selain menimbulkan risiko, seperti rasa sakit di bagian kelamin, penderita juga dapat terkena hepatitis bahkan kemandulan.

IMS juga berafiliasi terhadap penyakit mematikan, yaitu HIV/AIDS. Meski angka risiko penderita IMS tertular HIV/AIDS cukup kecil, that is 4,3 persen pada tahun 2015, tapi tetap saja penyakit itu harus diwaspadai. Kuncinya sama dengan pencegahan HIV/AIDS, selain seks sehat, juga setia dengan tidak berganti-ganti pasangan.

“Beberapa jenis IMS dapat disembuhkan. The main thing is, kalau ada indikasi penyakit kelamin segera diperiksakan supaya dapat segera ditangani," he said. Meanwhile, terkait angka 1668 penderita yang masih ada pada tahun 2015, Sudarto mengatakan jumlah tersebut kemungkinan karena mobilitas masyarakat yang tinggi.

Bisa juga karena para PSK eks lokalisasi masih nekat menjajakan diri secara sembunyi-sembunyi. Clear, kata Sudarto, jika masyarakat mulai sadar dan mengerti cara pencegahan IMS, maka jumlah penderita dapat berkurang.

In Banyuwangi, he said, yang paling banyak diderita kaum hawa adalah penyakit bakteri vaginosis, servisitis, dan kandidiasis. “Free sex juga ikut menyumbang banyaknya penderita IMS. Sebagian besar terkonsentrasi di puskesmas wilayah kota. Selama ini yang paling banyak memang wanita, karena mereka yang sadar periksa. Kalau risikonya sama saja," he said. (radar)