The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Adu Piawai Nyisig Menjelang Suro

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

beberapa-perempuan-tua-adu-piawai-mengunyah-sirih-dan-tembakau-di-desa-kenjo-glagah-banyuwangi-kemarin

GLAGAH – Warga Desa Kenjo, Glagah District, Banyuwangi, punya agenda menarik untuk menyambut tahun baru Jawa kemarin (1/10). Mereka menggelar lomba yang tidak lazim, yakni lomba nyisig (nginang). Nyisig adalah menggosok dan mengunyah tembakau yang dicampur dengan buah pinang, kapur, gambier, dan daun sirih.

Lomba nyisig ini diikuti oleh beberapa perempuan lanjut usia. Lomba nyisig tersebut diselenggarakan di sebuah bekas gudang penyimpanan beras. Jalannya lomba berlangsung seru. Even, lomba terus digelar meski hujan turun menjelang tengah hari.

Warga lansia hingga anak- anak tampak tetap memenuhi tenda yang disediakan. Panitia punya standar khusus dalam melakukan penilaian. Nilai yang paling tinggi adalah keaslian dan orisinalitas dalam prosesi nyisig.

Of course, bila seorang sudah terbiasa nyisig dalam kehidupan sehari-hari, dia akan tampak alami dalam menikmati tembakau dan pinang itu. Untuk mereka yang hanya coba-coba nyisig, bisa dipastikan akan terlihat tidak natural.

Penilaian juga dilihat dari seberapa cekatan peserta menyusun ramuan pinang, kapur, gambier, dan tembakau sebelum digosok-gosokkan ke gigi dan rahang. Begitu panitia memutar musik, seluruh peserta akan adu cepat menyusun bahan. “Kalau yang tidak biasa, pasti sering salah waktu menyusun bahan-bahan. Yang terbiasa melakukan, pasti benar dan tetap lancar,” ujar Tauli, ketua panitia lomba nyisig.

Meanwhile, begitu lomba dimulai, tampak bibir nenek-nenek peserta lomba langsung memerah saat mengunyah ramuan pinang-tembakau, gambir dan kapur itu. Apalagi setelah panitia memberi aba-aba peserta untuk mengeluarkan dubang alias ludah yang berwarna merah bekas ramuan. Spontan, peserta langsung menyemprotkan ludah di tanah.

“Kalui saya sejak masih perawan sudah nyisig. Makannya, gigi saya awet. Tapi kalau anak muda sekarang pasti sudah jijik melakukannya,” ujar Patiyah, salah seorang peserta lomba. Usai lomba nyisig, panitia juga melaksanakan lomba membuat tape dan lomba menangkap belut.

“Kita coba adakan lomba yang berbeda tetapi memang menjadi budaya masyarakat sini. Untuk lomba menangkap belut, kita lihat yang paling lihai,” ujar Tauli. (radar)