The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Belajar Otodidak, Properti dan Alat Musik Hasil Urunan

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Grup Seni Barong Cilik Pupus Arum Brawijaya latihan di Perumahan Kebalenan Baru II Banyuwangi kemarin.

SELURUH personel Grup Barong Cilik Pupus Arum, Lingkungan Brawijaya, Bakungan village, Glagah District, This Banyuwangi, seluruhnya masih belia. Tidak hanya penarinya yang masih kecil. Pemain panjak (gamelan) grup barong cilik ini juga masih usia anak-anak.

Meski tampil menari dan bermusik masih sedikit belepotan, namun semangat anak-anak ini patut diapresiasi dalam hal pelestarian budaya. There are approx 15 anak yang tergabung dalam grup barong cilik Pupus Arum. Mereka adalah teman sepermainan di kampung Lingkungan Brawijaya, Bakungan village.

Originally, mereka ini adalah para penggemar seni jaranan dan barong di Banyuwangi. Gara-gara sering menonton seni jaranan, akhirnya mereka juga ingin memiliki properti kesenian barong. Ada yang membeli barong prejeng, barong kucing, barong celeng-celengan, ada pula yang membeli alat musiknya.

Mereka membeli kendang, Get together, gong, hingga angklung. Tidak hanya membeli properti dan alat musik, anak-anak ini juga memanfaatkan barang bekas menjadi alat musik dan properti. Mereka memanfaatkan kempyeng (tutup botol berbahan logam) untuk dijadikan alat musik kecrek.

Nah, setelah properti dari kesenian barong itu lengkap, sekelompok bocah ini akhirnya sering berkumpul untuk memainkan alat musik dan properti barong. Tanpa dilatih, anak-anak ini tampak bermain seperti seniman barong profesional. Mereka tampak piawai memainkan barong dan alat musiknya.

Semua berawal karena mereka sering melihat seni barong. Secara otodidak mereka meniru pemain barong profesional. Finally, mereka bisa memainkan seni barong dan berikut musik tradisional pengiringnya. Koordinator Seni Barong Cilik Pupus Arum, Rizal Aditama mengatakan, grup barong cilik ini terbentuk sejak akhir 2016 then.

Rizal merasa perlu merangkul anak-anak tersebut, agar grup seni barong itu tidak hanya sebagai ajang kesenangan sesaat. But, mereka diharapkan bisa seterusnya eksis melestarikan seni budaya tradisional. Awal-awal dulu, grup barong cilik ini sering diminta tampil dari rumah ke rumah. Karena semakin banyak yang mengundang, anak-anak ini semakin semangat saja untuk berlatih. Setiap pulang sekolah atau di waktu senggang, mereka rutin berkumpul untuk berlatih.

”Karena sering tanggapan, grup ini latihan rutin dua kali dalam sepekan agar tampilannya semakin bagus,” jelas Rizal. Karena tidak ada pelatih tari khusus, sebelum latihan dilaksanakan, anak-anak ini terlebih dahulu menonton VCD pertunjukan seni barong atau jaranan di Banyuwangi.

Mereka pun mencontoh gerak tarian dari para pemain barong dan jaranan yang sudah profesional. Even, para pemain cilik ini juga ikut meniru gerakan kesurupan layaknya pemain jaranan profesional. ”Kalau yang kesurupan itu bohong-bohongan. Kita fokus menampilkan tariannya saja,” terang Rizal lantas terkekeh.

Meski tidak sungguhan, namun akting dari anak-anak ini sangat memukau. Mereka berlagak seperti orang sudah kesurupan. Dengan mata melotot, anak-anak ini terus menari dan tak jarang minta dicambuk badannya selayaknya pemain jaranan yang kesurupan.

”Kadang aksi dari anak-anak ini juga membuat penonton yang melihat tertawa karena lucu. Kita harus mengapresiasi karena mereka adalah generasi penerus seni budaya daerah,"he said. Gradually, grup seni barong anak-anak ini semakin eksis.

Mereka pun dengan inisiatif sendiri beserta dukungan dari orang tua, dengan suka rela juga iuran Rp 5 ribu setiap pekan. Uang kas grup itu dikumpulkan untuk keperluan operasional grup barong tersebut. ”Uang itu ya kembali untuk anak-anak itu sendiri. Untuk keperluan servis barong atau alat musik yang rusak. Orang tua mereka mendukung, kadang mereka juga diantar orang tua saat latihan,” ujar pria yang tinggal di Perumahan Kebalenan Baru II Banyuwangi itu.

At the moment, kata Rizal, penampilan mereka hanya digunakan sebagai ajang penyaluran bakat. However, Rizal bercita-cita agar anak-anak itu terus melestarikan seni barong dan jaranan hingga dewasa nanti. With notes, mereka tetap harus sekolah dan terus menuntut ilmu agama.

”Kita mau diundang kalau hari Sabtu atau Minggu. Selain hari itu kita menolak tanggapan, karena pemainnya masih sekolah semua, " he concluded.(radar)