The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Kisah Tragis Fadilah yang Meninggal Disambar Bus Bersama Istri dan Anaknya

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Baru Pulang Hadiri Selamatan Adiknya di Probolinggo

SUASANA duka masih menyelimuti rumah duka Fadilah di Lingkungan Kaliasin, Karangrejo Village, Banyuwangi. Sanak saudara dan teman korban silih-berganti untuk mengucapkan rasa duka akan kepergian bapak, istri, dan anak tersebut.

Meski masih diliputi duka, namun pihak keluarga sudah menerima kepergian dari satu keluarga ini dengan ikhlas. ”Paman, bibi dan sepupu saya sudah dimakamkan kemarin (8/3) di TPU Setro Penganten pukul 10.00,” ujar Ahmad Hariyadi, 34, keponakan Fadilah Dia mengungkapkan, sosok almarhum Fadilah semasa hidup merupakan sosok yang kerja keras.

Kesehariannya, Fadilah memang sering keliling dengan menggunakan sepeda motor untuk berdagang HP. Di mata Hariyadi, Fadilah merupakan sosok paman baik hati. ”Dia seperti bapak saya sendiri. Teman-teman komunitas HP jadul kehilangan sosok almarhum yang kerja keras," he said.

Dia membenarkan sebelum musibah terjadi, tiga kerabatnya tersebut baru saja dari Probolinggo untuk menghadiri selamatan dua tahun meninggalnya adik dari istri Fadilah. Mereka tidak pergi sendiri saat perjalanan pulang menuju Banyuwangi, melainkan bersama-sama dengan saudaranya. Perjalanan jauh itu ditempuh menggunakan sepeda motor.

”Sama saudara juga, jadi naik dua sepeda motor. Saudara saya yang tidak terlibat kecelakaan itu berada di belakang almarhum,” kata Hariyadi saat ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi di rumah duka kemarin. Meski berjalan beriringan, namun saudara dari Fadilah yang sama-sama bersepeda motor itu mengaku tidak mengetahui secara persis bagaimana kronologi kecelakaan.

Only, saat melintas di depan Ponpes Mifathul Ulum, Desa Bengkak kerabatnya yang lain itu melihat ada sebuah kecelakaan. Awalnya dia tidak mengira kalau yang terlibat kecelakaan itu adalah saudaranya. ”Saudara saya yang lain itu baru sadar setelah dia turun dari sepeda motor untuk melihat korban yang tergeletak di jalan raya,"said Hariyadi.

Meski kematian dari ketiga korban ini bisa dikatakan tidak sewajarnya, namun dari keluarga mengaku bisa menerima. ”Kita sudah ikhlas. Ini sudah takdir Allah SWT. Paman saya itu punya anak tiga, yang ikut meninggal anak yang terakhir. Dua anak lainnya ada yang sudah bekerja ada juga yang masih sekolah. Semuanya laki-laki,he explained.

Ditanya apakah ada tanda-tanda bahwa keluarganya ini akan pergi untuk selamanya, Hariyadi mengungkapkan sama sekali tidak ada firasat. Tentu kenyataan ini membuat kaget dari keluarga dan kerabat dari ketiga almarhum. ”Tidak ada tanda-tanda maupun firasat apa pun kepada keluarga,said Hariyadi.

Selain terkenal sebagai sosok yang pekerja keras, Fadilah termasuk sosok yang alim. Saat masih muda pernah menjadi seorang guru mengaji di lingkungannya. Even, hingga saat ini almarhum Fadilah juga masih menyempatkan diri mengajar mengaji di sela kesibukannya menjadi pedagang HP.

At the moment, sosok Fadilah sudah tidak ada lagi. Kerabat dan saudara sudah tidak bisa lagi melihat semangat dari Fadilah salam soal dagang. Keluarga juga tidak bisa lagi melihat sosok almarhum Jumaseh yang sehari-harinya menjaga toko di rumahnya. Sosok lucu dari Muhammad Fendra, 10, juga tidak terlihat lagi pasca musibah kecelakaan tersebut.

”Meski mereka tidak ada, tapi kebaikan dari mereka pasti akan terus kami ingat. Doanya saja semoga semua almarhum mendapatkan tempat di sisi Allah SWT,” pungkas Hariyadi yang juga Ketua Komunitas HP Jadul Banyuwangi tersebut.

Previously reported, jalur maut di Jalan Raya Situbondo, precisely in front of the Miftahul Ulum Islamic Boarding School, Swollen Village, Wongsorejo again takes the victim. Kali ini melibatkan kecelakaan lalu lintas antara bus dengan sepeda motor yang ditumpangi bapak, mother, and children.

The father died at the scene, sedangkan ibu dan anaknya mengembuskan napas terakhirnya di Puskesmas Wongsorejo. The victim who died was a family from the Kaliasin Neighborhood, Karangrejo Village, Banyuwangi. Information obtained by Jawa Pos Radar Banyuwangi, kecelakaan maut ini bermula saat sepeda motor Yamaha Fino warna hitam putih bernopol P 3648 YE yang dikendarai Moh Fadilah dengan keluarganya melaju dari arah utara ke selatan.

It was later discovered, Fadilah dan keluarganya dalam perjalanan pulang nyambangi kerabatnya di Probolinggo. Arriving on the highway in front of the Miftahul Ulum Islamic Boarding School, Desa Bengkak sepeda motor ini mendahului truk dengan menggunakan bahu jalan sebelah kanan.

”Kecepatan sepeda motor itu sangat tinggi saat mau nyalip truk,"said eyewitnesses in the field. Nahas, saat menyalip truk yang tidak diketahui identitasnya itu, dari arah selatan melaju Bus Hino bernopol N 7507 UA. Seketika itu, karena sopir bus tidak sempat menghindar akhirnya terjadi tabrakan yang begitu sangat keras.

Ketiga korban yang terjatuh ke arah kanan jalan ini pun terseret dan terlindas bus yang melintas. Head of Laka Police Banyuwangi, Iptu Budi Hermawan said, from the results of research at the scene of things, kelalaian terletak pada pengendara sepeda motor itu sendiri.

Strongly suspected, pengendara motor tidak mengindahkan markah jalan yang bergaris lurus di mana tempat dia menyalip truk. Seharusnya jika markah jalan lurus, setiap pengendara dilarang keras menyalip kendaraan di depannya. "One family died. The child is riding in the middle flanked by his father and mother," he said. (radar)