The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Sweet seller, Sehari Bisa Jual 300 Liter

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

seorang-penjual-sedang-mengisikan-bbm-ke-tangki-sepeda-motor-di-sebuah-pertamini-yang-beralamat-di-jalan-mh-thamrin-banyuwangi

Pelaku usaha Pertamini bukan hanya ditemukan di daerah perkotaan, tapi justru marak di kawasan pelosok desa. Di wilayah Songgon, for example. Di sana ada beberapa titik khusus yang membuka usaha Pertamini, antara lain di Desa Sragi, Sumberbul Village, dan Desa Songgon.

So far, usaha mereka berjualan BBM tersebut cukup lancar. Tidak perlu membutuhkan tenaga khusus untuk berjualan BBM tersebut. Ibu rumah tangga sekalipun bisa mengoperasikan penjualan BBM, layaknya pelayan di Pertamina.

Omzet yang didapat pun menggiurkan. Although, untuk mengembalikan modal masih membutuhkan waktu cukup lama. Itu karena mesin Pertamini juga tergolong cukup mahal. Salah satu pelaku usaha Pertamini, Jumiati, mengatakan bisnis membuka Pertamini dimulai beberapa bulan lalu. In a day, light him, BBM yang terjual mencapai ratusan liter.

‘’Kadang sehari bisa 300 liter,’’ ujar warga Dusun Sragi Tengah, Sragi Desa Village, Kecamatan Songgon, that. BBM tersebut dibeli dari SPBU terdekat. Selama ini pasokan BBM di Pertamini dari SPBU Karangsari, Sempu Kecamatan District. ‘’Tidak pernah beli dimana- mana,” terang ibu satu ini.

Pertamini milik Jumiati itu dibeli dengan harga yang cukup mahal. He said, harga mesin Pertamini itu dibeli dengan harga Rp 24 million. ‘’Kalau dua mesin, lebih mahal. Ini sementara hanya menjual Pertamax saja. Kalau dua mesin bisa dua kali lipatnya,he said.

Jawa Pos Radar Banyuwangi melakukan investigasi terkait peredaran Pertamini di Bumi Blambangan. Pelaku usaha Pertamini ternyata bukan hanya membeli di satu SPBU. Seperti siang kemarin sebuah mobil Mitsubishi Colt T 120 SS membawa banyak jeriken.

Mobil bernopol P 8055 VG itu awalnya mengisi jeriken di SPBU Pengatigan, Rogojampi Kecamatan District. BBM yang diisi jenis pertamax. Then, mobil itu bergeser ke SPBU lain. Mobil warna hitam itu ternyata ke SPBU Alas Malang, Singojuruh District.

Jeriken yang ada di atas mobil itu diisi BBM jenis pertalite. Usai mengisi, mobil tersebut tancap gas. It is true, pembelian BBM dengan jumlah besar itu akan kembali dijual dengan Pertamini, tepatnya di Desa Padang, Singojuruh District.

Keberadaan Pertamini di satu sisi memang sangat membantu warga. Terutama bagi warga yang berada di pelosok desa. Jika memerlukan BBM tidak perlu lagi jauh-jauh menuju SPBU, warga bisa melakukan pengisian BBM di Pertamini di rumah-rumah warga.

On the other hand, Pertamini dirasa sangat berbahaya. BBM yang ditandon oleh pemilik usaha itu tentu sangat berbahaya karena bisa meledak jika terkena percikan api. Faktor keamanan (safety) yang tentu jauh dari standar menjadi alasan mengapa keberadaan Pertamini sangat mengkhawatirkan.

Besides that, akurasi takaran BBM yang dijual kepada konsumen juga perlu dipertanyakan. Area Manager Communication And Relation Pertamina Marketing Operation Region V, Heppy Wulansari, saat dikonfirmasi menegaskan Pertamini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Pertamina.

Mengenai diperbolehkan atau tidaknya Pertamini berdiri, Pertamina tidak memiliki kapasitas menentukan hal tersebut. ”Kami bukanlah regulator usaha migas, sehingga kami tidak dalam kapasitas menyatakan Pertamini diperbolehkan ataukah tidak,” kata Heppy.

Ditanya terkait kualitas BBM dan akurasi takaran, Heppy menegaskan mengetahui hal itu. Because, yang menentukan kualitas BBM yang dijual konsumen bukan pihak Pertamina. ”Kami tidak tahu kualitas dan takarannya bagaimana. Tapi kalau kualitas di SPBU resmi sudah pasti dijamin oleh Pertamina," he concluded.

Meanwhile, meski dirasa bahaya, usaha Pertamini sangat marak saat ini. Selain lebih praktis dibandingkan menggunakan botol, Pertamini bisa dibilang lebih mudah. ”Memang lebih enak pakai Pertamini, tapi saya pikir bahaya karena tangki bensinnya kan di luar rumah. Takutnya ada percikan api malah meledak nanti,” kata Ibnul Mubarok, salah satu pemilik kios bensin botolan di Lingkungan Tangkong, Singotrunan Village.

She said, dulu pernah ingin membeli alat Pertamini. However, niat itu diurungkan lantaran banyak pertimbangan, salah satunya adalah pertimbangan keamanan dan keselamatan. ”Saya dulu mau beli. Belinya di Jakarta secara online. Dulu saya mau pesan harganya kisaran Rp 10 juta untuk satu kios Pertamini,” jelas Ibnul. (radar)