The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Speech Contest Wins Third Place

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Tim-Smagi-melakukan-persiapan-menyambut-tim-penilai-lomba-poster-NISC-di-Bangkok

FIVE public high school students 1 Turns (HEAVY) currently attending the Nairong International Students Conference (NISC) di Bangkok, Thailand. Since date 25 Juli mereka sudah berada di Negeri Gajah Putih itu untuk mengikuti berbagai lomba siswa se-ASEAN.

Hari ketiga (28/7) merupakan hari tersibuk di ajang NISC. Panitia dan peserta terlihat sama-sama mempersiapkan diri demi menyukseskan acara itu. Pun demikian dengan kami, Amalia Rosy, Alna Syefira Zalzabila, Yulieta Dhiva M.E, Ahmad Rifky Inderawan, dan Yedijah Jose, tengah sibuk mengutakatik hasil karya poster yang akan dilombakan.

Meanwhile, saya sendiri, Amalia Rosy, berulang-ulang mengingat-ingat berbagai kosa kata dan alur cerita yang akan disampaikan pada speech contest nanti. Tema globalnya adalah tomorrow’s society, are we ready? Maka untuk poster kami ambil judul “Indonesian Goes To Golden Future”.

Poster yang kami buat secara digital menggunakan software Adobe Photoshop itu menggambarkan tentang Indonesia di masa yang akan datang. Pada masa itu Indonesia akan penuh dengan kejayaan, masa keemasan, dan tidak meninggalkan karakter budaya.

Itulah sebabnya dominasi warna poster itu berwarna emas dan merah putih sebagai gambaran bendera Indonesia. Sebagai hiasannya kami tampilkan berbagai budaya lokal Indonesia, seperti rumah joglo, jaipong, tari kecak, etc.

Kami mempercayakan Josie membawakan narasi poster saat lomba. Tentu saja dalam bahasa Inggris. Untuk speech contest, tidak begitu banyak yang saya persiapkan. Hanya membaca beberapa kali narasi saat malam hari di hotel tempat kami menginap.

Tentunya juga memperbanyak doa sambil menjaga kesehatan. Selama di Indonesia, tepatnya di Smagi, persiapan untuk speech contest dibilang cukup singkat, hanya dua minggu. Memperdalam kosa kata dan pengucapan kalimat yang benar secara kontinu dilakukan baik di sekolah maupun di rumah.

Even, jika kami ketemu guru, terutama guru pembimbing, Bapak Imron, Ibu Layla, Ibu Nurjanah, and others, pasti menggunakan bahasa Inggris. Judul yang diangkat pada speech contest NISC adalah Challenge For Our Future Education, yakni tentang pentingnya penerapan soft skill di dunia pendidikan Indonesia.

Tingkat prestasi akademik dan nilai pelajaran pada bidang eksak adalah penting. However, tidak boleh meninggalkan soft skill untuk mengimbanginya. Dengan soft skill siswa bisa memiliki kemampuan berinteraksi sosial dengan teman sebaya dan masyarakat.

Siswa juga bisa saling membantu dengan orang lain. Kami memperhatikan masih jarang dunia pendidikan di Indonesia yang memperhatikan hal itu. Contoh di Smagi, soft skill yang sudah diterapkan dan sudah berjalan adalah program Siswa Asuh Sebaya.

Setiap hari Jumat kami, beserta teman siswa lain di sekolah kami, Smagi akan menyisihkan tiga ribu rupiah secara sukarela. Kami kumpulkan dan dikelola pengurus OSIS. Setelah terkumpul kami akan membagikan kepada teman yang sekiranya layak dan membutuhkan.

Tentu saja sebelumnya teman yang akan menerima tersebut sudah kami survei terlebih dahulu. Lama waktu yang diberikan kepada peserta speech contest hanya enam menit. Yang membikin kami berdebar adalah para juri yang tidak diberitahukan sebelumnya, baik nama dan asal negara.

Hal lain yang membuat jantung berdegup kencang adalah ada beberapa negara peserta NISC yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Saya mendapat giliran nomor delapan. Tidak menyangka, pada speech contest yang dimulai sejak pukul 09.00 waktu Thailand dan berakhir pukul 18.00 that, kami delegasi dari Smagi diumumkan masuk sesi kedua, yakni masuk empat besar.

Gembira sekaligus tegang. Gembira karena bisa menyisihkan bebe rapa negara peserta, termasuk tiga peserta dari Indonesia lainnya. Tegang karena pada final berarti saya harus mengulang kembali speech contest dan tentu dengan narasi yang lebih mendalam agar bisa memberikan kepercayaan kepada dewan juri.

Sesi kali ini tidak diberi waktu saat menyajikan materi. However, ada beberapa pertanyaan dari juri yang harus saya jawab dan jelaskan. Tentu memakan waktu dan tenaga. Lomba itu berakhir hingga pukul 22.00 waktu Thailand. Esoknya (29/7), pagi hari, hasil speech contest diumumkan.

Tak disangka delegasi Smagi, Indonesia, dikukuhkan sebagai juara III. Senang gembira bertabur bangga bahwa kami bisa membuktikan kepada ASEAN bahwa kami yang berasal dari Banyuwangi bisa membawa nama daerah sekaligus nama bangsa. (radar)