Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Membangun Taman Cantik dan Murah di Lahan Sempit

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

membangunLuas Dua Meter Persegi, Tampung 640 Tanaman Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Banyuwangi mengampanyekan pembuatan taman bagi warga Kota Gandrung. Membuat taman cantik dan indah tidak harus memiliki lahan luas dan budget besar. Bagaimana caranya?

DEMI mendukung kampanye program Green And Clean, pada even Banyuwangi Expo lalu DKP menggagas pelaksanaan lomba penataan ta man. Ada sekitar sepuluh peserta yang ikut lomba penataan taman berukuran mini tersebut. Dari 10 peserta itu, DKP memilih tiga peserta penata taman terbaik. Tujuan utama lomba penataan taman itu adalah menggugah kepedulian dan peran masyarakat menjaga dan melestarikan lingkungan hijau dan bersih.

Melalui kegiatan edukasi dan promosi bidang pertamanan itu, DKP berharap lahir lingkungan hidup yang ideal di kawasan perkotaan. DKP ingin merangsang kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam mengelola dan menjaga ruang terbuka hijau privat. “Yang dilombakan adalah desain taman eksterior,” papar Kepala DKP Arief Setiawan. Landscape pendukung menggunakan kon sep 3R (reduce, reuse, and recycle).

Aspek penilaian meliputi aspek ekonomis, estetika, kerapian dan keserasian, aman dan ramah lingkungan, perawatan dan pemeliharaan, aspek variasi jenis tanaman, kualitas tanaman, dan aspek inovasi dan kreativitas. Selama ini, image yang berkembang di masyarakat membangun taman harus di lahan yang luas dan memiliki budget yang besar. Tanpa lahan luas dan anggaran banyak, warga bisa membangun taman yang cantik dan indah di lingkungan tempat tinggalnya.

“Salah satu penilaian, anggaran yang digunakan maksimal Rp 1 juta,” tutur Arief. Semua peserta berhasil mendesain taman dengan biaya murah menggunakan lahan yang terbatas tanpa mengurangi keindahan taman. “Hasilnya, taman-taman itu bagus dan indah. Warga bisa membangun taman di lingkungan masing-masing dengan biaya murah di lahan yang minim pula,” tuturnya. Seperti yang dilakukan salah seorang peserta lomba, Eko Mulyanto.

Dalam lomba kali ini, Eko memberi nama taman hasil kre asinya “Optimalisasi Lahan Sempit”. Budi daya yang dikembangkan dalam taman itu adalah polikultur sayuran organik, ta man hias, dan kolam air. Teknologi yang di gunakan dalam pembuatan taman milik Eko adalah teknologi vertical garden mix yang memanfaatkan bahan bekas talang air dan sisa potongan pipa. Melalui taman berukuran panjang dua meter dan lebar satu meter itu, Eko bisa menanam beberapa jenis tanaman bu ah dan beberapa tanaman hias secara bersama- sama.

Selain tanaman buah dan tanaman hias, di taman berukuran 2×1 meter itu juga bisa ditanam beberapa tanaman jenis hortikultura, seperti terong, sayur kang kung, bawang merah, bawang putih, tomat, lombok, sayur sawi, dan beberapa jenis tanaman hortikultura lain. Dengan konsep taman vertical garden mix, selain bisa menanam tanaman hias juga bisa menanam tanaman hortikultura. “Bahan dan taman bisa bongkar-pasang. Mau tanam sayur apa, tergantung selera pemilik taman,” tutur Eko.

Untuk membuat taman vertical garden mix, tidak perlu lahan yang luas dan anggaran yang besar. Di lahan 2×1 meter itu bisa ditanam berbagai jenis tanaman hias, buah-buahan, dan sayuran. Anggaran yang di butuhkan untuk membuat taman konsep vertical garden mix ukuran 2×1 meter hanya sekitar Rp 800 ribu. Jika lahan 2×1 meter itu dibangun sebagai ta man biasa, maka hanya bisa menampung se kitar 30 hingga 30 jenis tanaman. Namun, jika menggunakan konsep vertical garden mix, bisa menampung sekitar 640 tanaman.

Dalam vertical garden mix, lahan vertikal bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman hias. Lahan vertikal yang menggunakan bekas pipa dan talang air bisa digunakan untuk menanam hortikultura dan tanaman biofarma, seperti jahe, kunyit, dan kencur. “Perbandingan tanaman vertical garden de ngan tanaman biasa satu banding enam,” tutur Eko. Dengan konsep taman vertical garden mix, lahan seluas 2 x 1 meter itu bisa menggunakan delapan tiang berbahan pipa bekas. Masing-masing tiang bisa menampung tanaman sekitar 16 tanaman.

Perbedaan konsep tersebut dengan taman biasa adalah dimensi. Taman dengan konsep biasa hanya memiliki dua dimensi. Taman berkonsep vertical garden mix memiliki tiga dimensi. Tiga dimensi itu bisa menampung lebih banyak tanaman. Arief mengaku happy dengan lomba penataan taman itu. Dari 10 peserta yang tampil, semua mendapat sambutan positif masyarakat. Beberapa peserta lomba langsung mendapat order dari masyarakat untuk membuatkan tanaman di lahan sempit di sekitar tempat tinggal mereka. Jika semua warga Banyuwangi bisa memanfaatkan lahan sempit menjadi taman, maka dampak lingkungannya akan luar biasa. Melalui lomba menata tanam itu, masyarakat diharapkan terinspirasi. (radar)